Badak 6x6 Pindad Kini Bersaudara dengan Terrex dan Bushmaster
Badak 6x6 Pindad Kini Bersaudara dengan Terrex dan Bushmaster
Pameran pertahanan bergengsi IDEX 2017 di Uni Emirat Arab membawa kejutan. PT. Pindad, Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam bidang industri pertahanan, menandatangani kerjasama dengan Timoney Holdings Limited yang mayoritas sahamnya 27,68% dimiliki oleh Singapore Technologies Kinetics (ST Kinetics).
Kerjasama keduanya dimaksudkan untuk penyediaan sistem driveline, transfer case pada sistem transmisi, dan sistem pengendalian dan pengemudian panser kanon Badak 6×6.
Badak 6x6 Pindad |
Seperti diketahui, Timoney merupakan spesialis pembuatan hull alias lambung dan sistem otomotif untuk kendaraan tempur dan kendaraan antiranjau. Produknya sudah digunakan lebih dari 10 pabrikan kendaraan tempur seluruh dunia. Jejak gubahan Timoney dapat dilihat di belahan bumi Selatan pada MRAP Bushmaster dari Australia, Bronco ATTC dan AV81 Terrex dari Singapura.
Timoney meminjamkan keahliannya pada desain Badak 6×6 dimana mereka mendesain sistem transfer box khusus yang ditempatkan pada posisi sejajar dengan sumbu roda pertama sehingga tersedia banyak ruang untuk penempatan kubah CSE 90LP.
Hal ini memungkinkan desain Badak 6×6 dijaga tetap kompak, membuat panser kebanggaan Indonesia memiliki dimensi lebih kecil dan stealthy dibanding pesaingnya, yang tentu merupakan satu faktor plus di lapangan. Dengan menggunakan solusi dari Timoney, panser kanon Badak jadi bersaudara dengan AV81 Terrex dan Bushmaster.
Panser Badak 6×6 merupakan panser kanon yang didapuk untuk menjalankan fungsi intai dan pengamanan. Dapur pacunya ditenagai mesin Diesel inline 6 silinder yang dilengkapi turbocharger, mampu menyemburkan daya sampai 320hp.
Dengan bobot hanya kisaran 11 ton, power to weight ratio mencapai 29hp/ ton. Tidak heran Badak bisa dipacu sangat kencang sampai 90km/ jam di jalanan aspal mulus.
Sekali isi penuh tangki solar, Badak bisa dihela sampai 600 km, cukup irit dan ekonomis tanpa harus tergantung truk pengisi bahan bakar. Ini pula yang menjadi faktor plus menggelar panser kanon, mengingat alokasi anggaran BBM untuk TNI cukup terbatas.
Untuk escape dan undur diri dari pertempuran, Pindad sudah membekali keenam roda 1400-R20 dengan fitur run flat. Jadi saat tertembak pun sang Badak masih dapat diajak berjalan sampai 80 km, cukup untuk keluar dari zona pertempuran.
Di tengah kendaraan terpasang kubah CSE90LP yang bermodal utama kanon 90mm bertekanan rendah Cockerill MkIII. Kanon 90mm L36 Low Pressure Cockerill MkIII memiliki varian amunisi cukup banyak.
Mulai dari HE, HEAT, dan bahkan APFSDS (Armor Piercing, Fin Stabilised, Discarding Sabot) dengan rating penetrasi 100mm RHA pada kemiringan 60o pada jarak 1.000m. Ini cukup untuk menghancurkan sasaran berupa perkubuan.
Konfigurasi awaknya (dari atas) komandan duduk di sebelah kiri, dan juru tembak duduk di sebelah kanan. Komandan memiliki lima periskop prismatik dan satu periskop besar hadap depan, sementara juru tembak memiliki empat periskop dan satu periskop bidik besar yang bisa dilengkapi dengan beragam sistem mulai dari kamera pandang malam, kamera termal, sampai dengan kamera infra merah, tergantung opsi yang dipilih oleh pembeli.
Tersedia satu display LCD untuk komandan, yang memiliki kanal ke kamera termal sistem pembidik yang dioperasikan juru tembak, sehingga koordinasi komandan dan juru tembak dapat berjalan optimal. Aryo Nugroho
Sumber : http://angkasa.co.id/