Tampilkan postingan dengan label Amerika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Amerika. Tampilkan semua postingan

Sebelum ISTIRAHAT A-10 Thunderbolt II Berubah Jadi Pesawat Serang Maritim

Sebelum ISTIRAHAT A-10 Thunderbolt II Berubah 
Jadi Pesawat Serang Maritim


A-10 Thunderbolt II "Warthog" belum kehabisan napas. Tak hanya piawai menggasak tank dan sasaran di darat, baru-baru ini sang ahli serang darat tersebut diuji untuk peran yang tak terbayangkan sebelumnya, menjadi pesawat serang maritim.
AU AS memang ingin menyudahi operasional A-10, tapi bukan berarti mereka sepenuhnya melupakan jasa A-10. Pada awal Februari 2017, 74th Fighter Squadron yang diperkuat oleh A-10 dilibatkan oleh 86th Fighter Weapons Squadron dalam program WSEP (Weapon Systems & Evaluation Program).
A-10 Thunderbolt II
A-10 Thunderbolt II  

Dalam program bersandi Combat Hammer 2017 tersebut, A-10 diminta untuk menangani sasaran berupa swarm boats. Swarm boats sendiri merupakan sebutan militer AS untuk kapal-kapal cepat atau kapal patroli berukuran kecil yang dilengkapi dengan senapan mesin berat, peluncur roket, atau kanon kaliber sedang.
Dalam bentuknya yang lebih ekstrim, swarm boat bisa dimuati dengan bom untuk operasi bunuh diri, seperti yang digunakan untuk menyerang frigat Al Madinah di Yaman.
AL AS menempatkan ancaman swarm boat dalam tingkatan yang serius. Sebab, negara-negara seperti Iran mengoperasikan banyak sekali swarm boat di sepanjang garis selat Hormuz.
Kelompok teroris seperti Houthi dan Al Qaeda juga terbukti menggunakan swarm boat secara efektif.
Jika kapal perang AS berhadapan dengan kapal-kapal kecil tersebut, kita seperti melihat pertarungan gajah melawan semut. Seberapapun kuatnya gajah, pada akhirnya akan rubuh juga kalau semutnya banyak.
Di lokasi dengan ruang manuver sempit seperti selat Hormuz, penggunaan taktik swarm boat dapat memberikan keuntungan apabila kapal perang konvensional tidak siap. Kapal-kapal kecil tersebut dapat berkamuflase di dermaga yang tersembunyi.
Mereka bisa dengan segera melesat menuju kapal perang yang hanya punya opsi untuk maju ke depan. Saat menghadapi kapal kecil dari berbagai arah, kapal perang hanya punya sedikit pertahanan untuk menghabisi kapal-kapal tersebut.
AL AS mengembangkan teknik penangkalnya sendiri, termasuk menggunakan kapal seperti Littoral Combat Ship yang dipadu dengan helikopter nirawak.
AU AS sebagai penguasa udara pun menggunakan taktiknya sendiri, yaitu dengan memanfaatkan A-10 untuk memburu kapal-kapal kecil nan lincah tersebut.
Dalam Combat Hammer, AU AS menyewa 35 unit kapal dan speedboat di teluk Choctawhatchee, Florida. AU AS membayar para pemiliknya untuk memodifikasi kapalnya dengan memasang dummy senapan mesin dan tabung roket.
Si pemilik kapal pun diminta untuk mengadu kecepatan mereka menuju satu koordinat sasaran, menyimulasikan serangan cepat ke kapal perang AS.
Sebelum kapal-kapal tersebut mencapai sasarannya, A-10 dari 74th Fighter Squadron dan FC-18A dari AU Kanada bergantian melaksanakan simulasi serangan dengan peluru hampa dan pemindai laser untuk memastikan titik perkenaan.
Senjata lain seperti bom 2.000 pon, 500 pon, dan termasuk bom JDAM, kanon GAU-81 Avenger juga diuji. Senjata-senjata ini sudah efektif untuk menyapu sasaran yang bergerak cepat tersebut.
Walaupun A-10 menjadi platform yang terbukti efektif untuk menyerang dan menghentikan swarm boats, bukan berarti A-10 serta-merta akan didapuk terus-menerus mengemban tugas patroli dan serang maritim.
WSEP dilaksanakan hanya sekedar untuk memvalidasi konsep dan ide-ide akan penggunaan alutsista. Soal bagaimana implementasi operasionalnya, akan sangat tergantung keputusan petinggi AU AS.
Yang jelas, pada April tahun lalu A-10 sudah ditugaskan untuk melaksanakan patroli maritim di Laut China Selatan saat hubungan AS dan Filipina masih mesra. Aryo Nugroho
Sumber : http://angkasa.co.id/

Boeing Tawarkan AW139 Versi Militer untuk Gantikan UH-1N USAF

Boeing Tawarkan AW139 Versi Militer untuk 
Gantikan UH-1N USAF


Seperti yang diumumkan dalam laman resminya, perusahaan Raksasa kedirgangaraan asal Amerika Serikat (AS), Boeing, akan menawarkan helikopter MH-139 (versi militer helikopter Leonardo AW139) untuk program penggantian UH-1N ‘Huey’ Angkatan Udara AS (US Air Force/USAF).
Terkait dengan program tersebut, USAF menginginkan heli yang mampu untuk memberikan perlindungan terhadap rudal balistik antarbenua (ICBM) mereka serta yang mampu memberikan pelayanan transport untuk pejabat AS dan pasukan keamanan. Diharapkan , hal tersebut akan dirilis saat rancangan RFP (request for proposals) diterbitkan pada April mendatang. Demikian penuturan Richatd Lemaster, Direktur pergantian UH-1N, seperti diktip IHS Jane’s, Kamis (2/3/2017).

Leonardo AW139
Leonardo AW139 

“Kami memahami misi pesawat ini akan terbang dan kami yakin, kami memiliki kemampuan untuk menaruh beberapa non-developmental item pada pesawat ini dalam raangka untuk memenuhi syarat spesifikasi yang diperlukan USAF … menyesuaikan konfigurasi untuk kebutuhan spesifik operator kami,” terangnya.
Pada akhirnya, RfP tersebut diharapkan muncul pada Juli 2017 dengan mengantisipasi pemenangan kontrak pada 2018
Lemaster mengatakan, perusahaannya akan memanfaatkan sertifikasi penerbangan pemerintah federal AS bahwa Boeing dan Leonardo memiliki andil dalam AW139. Ia juga menambahkan, berbagai karakteristik MH-139 akan membuatnya cocok untuk menggantikan posisi UH-1N yang akan segera purna tugas.
Berbagai komponen avionik yang terletak di bagian hidung pesawat dengan penutup mesin yang terbuat dari baja (crowling) yang dapat dipindahkan, hanya dengan diayunkan untuk mengaktivasinya.
“Tak seperti UH-1N, transmisi terletak yang di atas ruang kabin dan dapat diakses dengan menggeser crowling ke depan. Crowling lainnya digeser kearah belakang atau ekor untuk mengakses mesin,” pungkas Lemaster. Fery Setiawan
Sumber : http://angkasa.co.id/

AS Tempatkan Rudal Pertahanan Udara di Korea Selatan

AS Tempatkan Rudal Pertahanan Udara di Korea Selatan


Sistem rudal pertahanan udara Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) tiba di Pangkalan Udara Osan, Pyeongtaek, Korea Selatan, 6 Maret 2017. Amerika Serikat dan Korea Selatan mencapai kesepakatan untuk menempatkan sistem pertahanan paling canggih ini, pada Juli 2016.
Amerika Serikat mulai menempatkan sistem pertahanan udara yang diyakini mampu menghadang serangan rudal Korea Utara. Sistem rudal pertahanan udara THAAD dirancang untuk menghadang rudal balistik jarak dekat dan sedang. THAAD akan menghancurkan rudal balistik dengan energi kinetik pada fase terminal.
Rudal Pertahanan Udara THAAD
Rudal Pertahanan Udara THAAD 

Juru bicara Depertemen pertahanan Amerika Serikat mengatakan kepada Sputnik bahwa keputusan penempatan THAAD di Korea selatan sudah benar. Sebelumnya, Amerika Serikat menempatkan THAAD di Guam dan Hawaii untuk mengantisipasi serangan dari Korea Utara.
Sistem rudal pertahanan udara THAAD mampu mencapai jarak 200 km dengan ketinggian maksimum 150 km dengan kecepatan 8,24 mach atau 10.175 km/jam. Sistem ini mampu menghadang rudal balistik di atmosfer maupun di luar atmosfer.
Sumber : https://www.tempo.co/

Di Balik Keputusan Mengebom Hiroshima-Nagasaki

Keputusan Mengebom Hiroshima-Nagasaki


Tatkala merancang bom maut yang membumihanguskan Hiroshima dan Nagaski, Dr Robert Oppenheimer ingat sepenggal kalimat dalam buku Bhagavad Gita.

“…Apabila sinar dari seribu Matahari serentak memecah ke langit, maka seperti itulah kemegahan Sang Perkasa Tunggal…. Aku adalah Kematian, Penghancur Alam Semesta”.
Di balik pemusnahan kedua kota, sesungguhnya Presiden Harry S. Truman sendiri yang menjadi alat dan sekaligus korban dari bom atom karena Jepang sebetulnya sudah kalah.

Pasukan Marinir dan Angkatan Darat Amerika Serikat yang berjumlah lebih dari 180 ribu orang mendarat di pulau yang terletak 350 mil barat daya Jepang itu pada 1 April 1945, dan baru berhasil mematahkan perlawanan sengit terakhir Jepang pada 21 Juni 1945.
Di Balik Keputusan Mengebom Hiroshima-Nagasaki

Di Balik Keputusan Mengebom Hiroshima-Nagasaki
Di Balik Keputusan Mengebom Hiroshima-Nagasaki 

Sekitar 7 ribu pasukan penyerbu termasuk salah seorang panglimanya, Jenderal Simon B. Buckner tewas. Lebih dari itu 5 ribu pelaut juga tewas dalam pertempuran di laut sekitar pulau tersebut. Di lain pihak Jepang kehilangan 70 ribu tentara dan 80 ribu penduduk.

Nah, sesudah Okinawa direbut, Washington selanjutnya memikirkan langkah untuk menaklukkan Jepang. Pimpinan militer AS menugaskan Jenderal Douglas MacArthur dan Laksamana Chester Nimitz untuk merancang dan menyiapkan serbuan terhadap daratan Jepang. Namun yang terjadi, pimpinan AD dan AL AS ternyata punya strategi berbeda.

Pihak AL berpendapat, sasaran utama selanjutnya adalah menguasai pantai China bagian selatan. Dari situ bombardemen serta blokade terhadap Jepang dapat dilakukan secara efektif. Mereka yakin dengan tekanan itu Jepang akan takluk tanpa harus melakukan invasi yang dikhawatirkan akan menelan korban luar biasa besar. Pasalnya, kalau di Okinawa saja korban tentara AS sudah begitu’ tinggi, apalagi di daratan Jepang di many posisi pertahanan Jepang jauh lebih kuat dan menguntungkan.

Tetapi sebaliknya, para ahli strategi AD termasuk MacArthur menganggap usul AL itu tidak menjamin keberhasilan. Mereka mengatakan strategi itu hanya akan mengulur waktu peperangan sampai bertahun-tahun lagi, meskipun diakui pengeboman terus-menerus terhadap Jepang akan mengurangi korban di pihak Amerika. Namun bombardemen saja tidaklah menjamin Jepang akan takluk, sebagaimana telah dibuktikan oleh Jerman Nazi yang tidak juga terkalahkan hanya dengan pengeboman yang bahkan lebih hebat daripada yang bisa dilakukan terhadap Jepang.

MacArthur mendesak agar dilancarkan operasi pendaratan di Kyushu, pulau paling selatan di Jepang, lalu dilanjutkan invasi ke pulau utama Honshu. Serbuan ke Kyushu dengan kode Operasi Olympic direncanakan akan dilakukan pada musim gugur 1945. Sedang serangan ke Honshu lewat Operasi Coronet dijadwalkan pada Maret 1946.
Untuk invasi ke Honshu disiapkan 767.000 pasukan darat dan marinir, termasuk dua divisi yang akan didaratkan di Pulau Shikoku sebagai pengalih perhatian. Diperhitungkan apabila di Okinawa jumlah korban di pihak penyerbu mencapai 35 persen, maka serbuan ke Kyushu ditaksir akan mengorbankan sekitar 268.000 pasukan AS.

Pihak Jepang sendiri telah memperhitungkan kemungkinan invasi tersebut. Mereka lalu mempersiapkan segala sesuatu untuk mempertahankan pulau-pulaunya. Di Kyushu disiagakan 14 divisi dan lima brigade independen dengan jumlah pasukan sebanding dengan pihak penyerbu. Pimpinan militer Jepang pun menyerukan setiap orang dewasa yang mampu, baik pria maupun wanita, “untuk siap dipanggil ikut dalam pertempuran, serta rela mengorbankan jiwa dalam serangan bunuh diri terhadap pasukan musuh.”

Dalam sebuah penelitian pada September 1944, pihak AD AS menyimpulkan, bahwa pendaratan di Jepang adalah lebih sulit dan lebih membahayakan dibandingkan invasi Normandia, D-Day di Eropa.

Soal menyerah tanpa syarat
Penyebab pokok mengapa Jepang seperti halnya juga Jerman Nazi tidak bersedia menyerah lebih awal, menurut para pengamat, adalah adanya tuntutan menyerah tanpa syarat yang diajukan Presiden Roosevelt di Casablanca.

Tuntutan ini hanya membuat perlawanan Jerman maupun Jepang bertambah gigih karena tidak ada harapan atau alternatif lain untuk mengakhiri perang dengan syarat yang lebih baik.
Khusus bagi Jepang, tuntutan menyerah tanpa syarat itu diartikan tidak ada jaminan bahwa sistem kekaisaran serta kaisarnya sendiri akan dipertahankan, padahal kepada lembaga inilah kesetiaan orang Jepang termasuk para pemimpinnya merupakan hal yang paling utama.

Hasil jajak pendapat umum di AS menunjukkan sebagian besar orang Amerika menginginkan kaisar dicopot, bahkan harus dihukum mati. Namun itu dipahami oleh kalangan pemerintahan AS sendiri sebagai sikap emosional dan tidak memahami budaya bangsa Jepang.
Para pakar di Departemen Luar Negeri mengusulkan dipertahankannya sistem kekaisaran sesudah perang, karena sistem ini akan menjadi unsur stabilitas dalam reformasi Jepang pasca perang.
Para pemimpin militer AS pun berpendapat serupa. Bahkan ikut mengusulkan perubahan rumusan tuntutan menyerah terhadap Tokyo dengan tambahan pernyataan tetap mempertahankan kaisar serta sistem kekaisaran.

Namun kalangan penasihat Presiden Harry S. Truman yang menggantikan Roosevelt yang meninggal dunia pada 12 April 1945, berpendapat lain. Mereka menentang modifikasi persyaratan menyerahnya Jepang, antara lain dengan alasan karena rakyat AS umumnya juga membenci kaisar Jepang dan menghendaki Jepang bertekuk lutut tanpa syarat apa pun. Apabila Truman sampai menyetujui perubahan persyaratan itu, maka hal itu justru akan merugikan posisinya sendiri di hadapan rakyatnya. Truman pun terombang ambing.

Sementara itu di Jepang sendiri, sejumlah elite di kalangan pemerintah juga menyadari risiko dan bahayanya apabila perang terus dilanjutkan.Munculnya kesadaran ini terutama baru setelah kabinet perang pimpinan PM jendral Hidiki Tojo jatuh pada juli 1944.Kabinet baru pimpinan jendral (purn) Kuniaki Kosiko di dalamnya terdapat tokoh-tokoh yang menginginkan perang segera diakhiri,seperti Laksamana Mitsumasa Yonai.Namun pendekatannya tidak membuahkan hasil,dan pada April 1945 kabinet berangkat lagi dengan PM Laksamana (purn) Kantaro Suzuki.sebagai menteri luar negri, ia mengangkat shigemori Togo, seorang tokoh pengecam perang dan militerisme yang paling vokal.
Pemerintahan Suzuki melanjutkan upaya diam-diam pemerintahan sebelumnya untuk mendekati Uni Soviet, yang ketika itu masih netral dalam peperangan dikawasan Pasifik.

Tokyo mengharapkan jasa baik Moskow agar bersedia menjadi perantara ke sekutu untuk memperoleh syarat yang lebih baik dalam memgakhiri perang.Untuk itu jepang bersedia membalas jasa uni soviet dengan memberi konsesi ekonomi maupun memberi wilayah Timur jauh.Namun pimpinan soviet, Josef Stalin mengetahui kondisi jepang yang sudah terpepet itu. Ia pun mengulur-ulur waktu sembari menunggu saat yang tepat untuk bertindak guna keuntunganya sendiri di timur jauh.
Kaisar Hirohito yang juga menyadari kegentingan keadaan, pada 22 Juni 1945 mengundang Perdana Menteri, Menteri Keuangan, dan pimpinan militer ke istananya.

Kaisar mengambil inisiatif dengan mendesak para pimpinan pemerintah dan militer untuk berusaha mengakhiri peperangan melalui diplomatik. Desakan Kaisar ini memang membawa hasil, karena Menteri Peperangan maupun Kepala Staf Tentara walaupun dengan berat hati, akhirnya setuju menyelesaikan perang melalui meja perundingan. Usaha mendekati Uni Soviet pun ditingkatkan melalui Dubes Naotake di Moskow.

Dr Robert Oppenheimer yang timnya merancang dan membuat bom tersebut di Los Alamos, menyaksikan uji coba peledakan tersebut dari jarak 10.000 yard dalam tempat perlindungan khusus.
Ia menyaksikan sendiri betapa dahsyatnya sifat dan bentuk ledakan tersebut. Oppenheimer yang pernah mempelajari bahasa Sansekerta di Universitas Harvard, langsung teringat beberapa kalimat dari kitab Bhagavad Gita: “…Apabila sinar dari seribu Matahari serentak memecah ke langit, maka seperti itulah kemegahan Sang Perkasa Tunggal Aku adalah Kematian, Penghancur Alam Semesta”
Tatkala peledakan born atom ini terjadi, Presiden Truman sedang bertemu dengan PM Inggris Winston Churchill dan pemimpin Soviet Stalin di Postdam, di pinggiran kota Berlin.

Truman dilapori keberhasilan itu, dan menurut ingatan Churchill, sontak Truman menunjukkan perubahan sikap setelah mengetahui bahwa negaranya kini memiliki bom atom.

Truman yang semula dalam kesulitan menghadapi Stalin mengenai soal Eropa Timur pasca perang, lalu berubah menunjukkan sikap lebih percaya diri dan lebih tegas dalam perundingan tersebut.
Menjelang akhir perundingan, tanpa menyebut istilah nuklir atau atom, Truman sepintas memberitahu Stalin bahwa “kami kini telah mempunyai senjata baru yang memiliki kemampuan menghancurkan luar biasa.”
Stalin yang diam-diam sebenarnya telah mengendus apa yang dikerjakan AS, mampu menutupi kekagetannya dan hanya berkomentar hendaknya AS dapat memanfaatkan senjata itu dengan sebaik-baiknya dalam menghadapi Jepang.

Namun setelah itu Stalin pun langsung buru-buru menghubungi Moskow dan memerintahkan para ilmuwan Soviet untuk segera, dan dengan segala cara, menghasilkan senjata pemusnah serupa!
Apabila AS semula mengharapkan dan menghendaki Uni Soviet segera melibatkan diri dalam perang terhadap Jepang, maka kini setelah memiliki bom atom, Washington pun berpandangan lain. Tadinya bantuan dari Soviet amat diperlukan untuk mengurangi tekanan Jepang terhadap Sekutu di Asia Tenggara dan Pasifik. Namun ketika itu Moskow punya alasan untuk tidak memerangi Jepang karena dia sendiri sedang bertahan mati matian terhadap serbuan Jerman Nazi.

Dengan bom atom, AS kini bisa berharap dapat mempercepat selesainya peperangan dengan Jepang tanpa keikutsertaan Uni Soviet. Para ahli strategi AS sendiri khawatir, keterlibatan Soviet melawan Jepang hanya akan menimbulkan komplikasi di kemudian hari seusai perang.

Persiapan dan kondisi Jepang

Sementara itu sejak Maret 1945 Jepang terus menerus didera pengeboman oleh kekuatan udara AS yang mengerahkan pesawat-pesawat pengebom berat B-29 Flying Fortress. Setiap kali serangan, Panglima Komando Pengebom Amerika Jenderal Curtis LeMay mengerahkan sekitar 500 pesawat.
Perlawanan dari pesawat pemburu atau meriam penangkis udara Jepang tidak berarti, sehingga pengeboman dapat dilakukan leluasa, berpindah-pindah sasaran dari satu kota ke kota yang lain. Kehancuran industri dan kota-kota di Jepang luar biasa, lebih-lebih mengingat struktur bangunan penduduk umumnya dari kayu yang mudah terbakar.
Kota Nagoya telah berubah menjadi kota puing-puing. Ibukota Tokyo sendiri mengalami serangan udara besar dengan bom bakar, sehingga puluhan mil persegi kota itu rata dengan tanah. Badai api akibat pengeboman pada 9-10 Maret menewaskan sedikitnya 87.000 penduduk sipil.
Khusus untuk serangan ke Tokyo, penerbang-penerbang AS telah diinstruksikan untuk menjauhi kompleks Istana Kaisar. Sekalipun demikian tak urung sebagian dari istana ikut terjilat api karena hebatnya kebakaran di sekitarnya.

Beberapa hari kemudian LeMay menyerang kota Yokohama, dan tatkala ke-517 pesawat penyerang telah pergi, maka 85 persen kota tersebut masih berkobar hebat. Setelah Tokyo dan Yokohama ludes, sasaran pindah ke Osaka dan Kobe dengan hasil serupa.

Hanya Kyoto saja yang tidak pernah diserang mengingat nilainya yang tinggi sebagai kota pusat kebudayaan. Dan rangkaian serangan udara tersebut, lebih dari seratus mil persegi kawasan kota-kota besar Jepang rata dengan tanah, sepertiga bangunan gedung hancur, dan sekitar dua juta rumah tinggal musnah dengan akibat 13 juta penduduk kehilangan tempat tinggal. Jumlah korban penduduk sipil sangat besar.

Jalur-jalur transportasi juga hancur, sehingga dikhawatirkan hubungan kereta api antar kota segera akan terhenti, dan ini berarti distribusi barang kebutuhan pun mandek.
Dihajar seperti itu, Jepang pun sempoyongan, namun tidak juga terjatuh. Barang atau materi untuk kebutuhan perang maupun kehidupan sehari-hari semakin langka. Bahan bakar minyak, baja, aluminium, dan sebagainya semakin terbatas.

Rakyat pun diminta untuk menyuling minyak dari akar pohon pinus. Penduduk kota-kota yang paling terpukul juga mulai kekurangan makanan. Sehingga setiap hari Minggu, banyak dari mereka datang ke pedesaan sekitar, menukarkan barang berharga mereka seperti perhiasan, pakaian, dan sebagainya dengan sayur mayur, beras, kentang dan lain-lainnya yang dihasilkan petani.
Dalam keadaan demikian, di kalangan pemerintahan dan tokohnya timbul sikap mendua. Di satu pihak menginginkan pengakhiran perang, namun dengan persyaratan yang lebih baik dibandingkan menyerah tanpa syarat seperti yang dituntut Sekutu. Tetapi di lain pihak, mereka tetap bersiap diri menghadapi invasi AS. Jepang masih berharap bisa memperoleh satu saja kemenangan besar sehingga nantinya dapat mengakhiri peperangan dengan lebih terhormat.

Dewan tertinggi yang kini memimpin peperangan Jepang dikenal dengan sebutan Enam Besar, karena mereka terdiri dari enam tokoh yang didominasi militer, yaitu PM Laks. (Purn) Suzuki, Laksamana Mitsumasa Yonai selaku menteri AL, Jenderal Korechika Anami sebagai Menteri AD,
Soemi Toyoda yang memimpin Staf Umum AL, dan Jenderal Yoshijuri Umezu yang mengepalai Staf Umum AD. Satu-satunya yang sipil adalah Menlu Togo. Dengan komposisi demikian, maka kehendak dan kepentingan militer dapat lebih diakomodasi, sementara PM Suzuki sendiri harus berhati-hati untuk tidak bermusuhan dengan AD yang lebih kuat dan dapat melakukan kudeta. Ia ingat betul pada 1936 nyaris terbunuh dalam peristiwa percobaan kup oleh sekelompok perwira AD.

Dewan ini bersama pihak militer merancang Operasi Penentuan atau KetsuGo, yang intinya adalah rencana pertahanan Pulau Kyushu, dengan tujuan mampu memukul mundur penyerbuan pertama musuh. Sekalipun akhirnya memang tidak dapat menahan invasi AS, namun setidaknya pukulan awal yang diberikan Jepang akan menimbulkan kerugian besar bagi AS sehingga membuka kemungkinan pengakhiran perang lewat perundingan.Sementara itu di kalangan tentara pun ada kelompok yang berpendirian lebih baik Jepang hancur lebur daripada harus menyerah kalah.

Perhitungan korban

Deklarasi Postdam diumumkan pada 26 Juli. Dalam deklarasi ini memang masih tercantum persyaratan menyerah tanpa syarat, namun hal ini lebih ditujukan terhadap Angkatan Bersenjata Jepang.Sedangkan mengenai sistem kekaisaran atau kaisarnya sendiri, deklarasi itu membuka pintu dengan menyebutkan bahwa pemerintahan di Jepang akan diserahkan kepada kehendak bebas dari rakyatnya.

Deklarasi yang terdiri dari 13 pasal itu ditutup dengan ancaman jika Pemerintah Jepang tidak bersedia mengumumkan penyerahan tanpa syarat seluruh angkatan bersenjatanya, maka alternatifnya adalah penghancuran lebih lanjut negeri Jepang.
Dubes Jepang di Moskow, Naotake Sato berpendapat bahwa persyaratan dari Postdam itu sebenarnya lebih baik dari pada yang telah dipaksakan terhadap jerman Nazi, dan sebaiknya diterima oleh Tokyo.

Namun ternyata reaksi dari Tokyo terhadap Deklarasi Postdam dingin-dingin saja. PM Suzuki bahkan menyatakan tidak perlu menanggapinya dengan serius. Berita utama koran The New York Times terbitan 30 full dengan judul besar-besar menuliskan Jepang Resmi Menolak Ultimatum Sekutu.
Dinas Intelijen AS menangkap pesan-pesan rahasia Jepang yang di satu pihak masih mempersoalkan persyaratan pengakhiran perang yang tampaknya tidak mungkin diterima oleh AS.
Sementara di lain pihak juga tersadap sinyal-sinyal militer Jepang yang terus menyiapkan diri untuk pertahanan tanah air. Persiapan bertahan ini dinilai sebagai sikap bersikeras militer Jepang untuk meneruskan peperangan di negerinya sendiri, dan AS pun menganggap bahwa AD Jepang masih menjadi kekuatan paling dominan di Jepang. Karena itulah disimpulkan bahwa bagaimana pun Jepang tidak memiliki kesediaan untuk menyerah.

Persoalannya kemudian adaiah bagaimana memutuskan untuk meneruskan rencana invasi ke daratan Jepang, termasuk menggunakan alternatif penggunaan bom atom. Berbagai saran dan pertimbangan dikumpulkan Presiden Truman, karena akhirnya dialah yang harus memberi keputusan terakhir.

Dalam soal hitung menghitung taksiran korban yang akan jatuh di pihak AS dalam penyerbuan, Kepala Staf Gabungan Jenderal George Marshall dilaporkan pernah menyebutkan angka korban tewas dan luka-luka akan berkisar antara 250.000 hingga satu juta orang. Sementara Menteri Peperangan Henry Stimson mengaku pernah mendapat laporan bahwa harga yang harus dibayar adalah sekitar satu juta korban, mati maupun terluka. PM Churchill bahkan sempat menyampaikan angka yang lebih hebat lagi, yaitu satu juta nyawa AS ditambah setengah juta Inggris yang akan hilang dalam upaya terakhir menaklukkan negeri ini.

Tetapi ada pula hitungan yang lebih moderat, yang dikeluarkan oleh komisi gabungan perencanaan perang di Washington. Hitungan ini menyebut bahwa untuk serbuan ke Kyushu dan dataran Tokyo, korban di pihak AS adalah 40.000 tewas, 190.000 luka-luka, dan 3.500 hilang. Sedangkan Jenderal MacArthur memproyeksikan dalam 30 hari pertama pertempuran, korban akan mencapai 50.800 dan untuk 90 hari pertempuran sekitar 105.000 korban, mati maupun yang terluka.

Keputusan Truman

Sementara itu pertimbangan mengenai kemungkinan penggunaan bom atom juga disusun. Sebuah panel terdiri dari para ahli dibentuk untuk membuat usulan. Dr. Oppenheimer memperkirakan sedikitnya 20.000 orang akan mati dengan satu ledakan saja, sehingga Menteri Stimson berpendapat agar bom ini diarahkan terhadap obyek kemiliteran saja. Panelis lain yang mengetahui kedahsyatan bom ini mengusulkan, untuk meyakinkan jepang bagaimana jika kehebatan daya penghancur bom ini didemokan di suatu wilayah Jepang yang relatif terisolir. Perdebatan pun terjadi,dan akhirnya direkomendasikan permakaian bom atom terhadap Jepang tanpa peringatan terlebih dulu.
Hiroshima akan dijadikan sasaran pertama, dengan pertimbangan ini adalah kota terbesar yang belum pernah diserang dengan bom bakar, dan dikenal sebagai kota tentara karena di situ terdapat Mabes Tentara Kedua dengan sekitar 42.000 pasukan.

Di sini juga ada pelabuhan militer penting. Kota yang terletak di bagian selatan pulau utama Honshu ini dihuni lebih dari 360.000 orang, namun 120.000 di antaranya telah mengungsi keluar kota.
Sekalipun demikian, rekomendasi itu tidaklah lolos begitu saja. Sejumlah pakar yang tergabung dalam proses pengembangan senjata itu keberatan menggunakan bom atom Untuk tujuan perang. Dipimpin oleh seorang ahli fisika Dr James Franck, seorang pemenang Nobel, mereka menyatakan jika AS sampai menjadi negara pertama yang menggunakan senjata penghancur kemanusiaan ini, maka itu berarti AS mengorbankan dukungan publik dunia, memulai lomba senjata, dan mengucilkan kemungkinan tercapainya perjanjian Internasional untuk mengendalikan persenjataan semacam itu.
Namun keberatan mereka ditampik, dan pertemuan khusus diadakan oleh Presiden Turman dengan menteri peperangan serta para kepala staf gabungan. Asisten Menteri Peperangan John McCloy sampai pada saat terakhir menentang pemakaian bom atom dan masih menyarankan agar hal itu diultimatumkan terlebih dahulu terhadap Jepang. Apabila Jepang menerima ultimatum bom atom, maka selain menghindari banyak korban, AS pun akan meraih posisi moral lebih baik karena tidak menggunakan senjata pemusnah massal tersebut.

Dalam proses perkembangan selanjutnya, Presiden Truman akhirnya memutuskan bahwa bom itu harus digunakan. Dalam hal ini dia memperoleh dukungan dari Churchill sewaktu bertemu di Postdam. Keputusan ini tampaknya diambil berdasarkan pragmatisme belaka, karena bom tersebut hanyalah dipandang sebagai sekadar sebuah senjata kemiliteran dalam perang yang memang perlu digunakan, disamping keyakinannya bahwa dengan bom itu perang cepat dapat diakhiri, dan banyak korban tewas terutama AS, yang dapat diselamatkan.

Dalam wawancara tahun 1958 dengan John Toland, penulis sejarah kemiliteran, Truman menyatakan keputusannya menggunakan bom atom terjadinya begitu saja tanpa melalui perenungan jiwa yang mendalam. “Begitu saja saya memutuskannya. Ya seperti inilah,” ujarnya sambil menjentikkan kedua jarinya.

Keputusan Truman tersebut tidak membatasi penggunaan hanya satu bom atom saja, tetapi suatu kampanye pengeboman sampai jepang benar-benar bertekuk lutut. Panglima Komando Udara Strategis AS Jenderal Carl Spaatz yang mengetahui konsekuensi luar biasa dari operasi pengeboman tersebut, meminta perintah tertulis dari Presiden Truman intuk menjatuhkan bom tersebut. Tanggal 24 Juli Truman merancang surat perintah itu, dan besoknya telah diterima Spaatz.

Dalam surat perintah itu diinstruksikan, Grup Komposit ke-509 dari Angkatan Udara ke-20 adalah yang akan bertugas menjatuhkan bom dengan pengamatan visual atas sasarannya. Waktu untuk serangan ditentukan setelah 3 Agustus dalam kondisi cuaca yang mengizinkan, dengan salah satu dari empat kota sasaran sesuai urutan: Hiroshima, Kokura, Niigata, dan Nagasaki. Instruksi Presiden Truman juga menyebutkan perlunya pesawat tambahan yang harus menyertai pesawat pengebom, untuk membawa personel yang akan mengamati dan merekam akibat ledakan bom tersebut.

Demikianlah satu hari setelah surat perintah keluar, di lepas pantai Pulau Tinian berlabuh kapal penjelajah berat USS Indianapolis. Kapal perang ini yang empat hari kemudian ditenggelamkan kapal selam Jepang, menurunkan muatan super rahasia, berupa silinder metal yang berisi U(urani um )-235, yang akan menjadi jantung bom atom pertama yang operasional. Bom ini dirakit di ruang khusus selama beberapa hari, sementara Grup 509 pimpinan Kol. Paul W. Tibbets Jr melakukan latihan dalam suasana rahasia dengan penjagaan ketat.

Cuaca diramalkan cukup bagus setelah lewat tengah malam 5 Agustus, dan pesawat B-29 Enola Gay (nama ibunda Kol. Tibbets) serta pesawat-pesawat yang menyertainya pun tinggal landas dari Tinian pada pukul 02.45 dini hari 6 Agustus. Sebuah tragedi menyedihkan dalam sejarah kemanusiaan akan terjadi beberapa jam lagi di kota Hiroshima yang kala itu masih tertidur lelap. (***)
Sumber : http://www.riau24.com/berita/baca/69429-di-balik-keputusan-mengebom-hiroshimanagasaki-yang-membunuh-jutaan-penduduk-dalam-hitungan-jam/

Sekelompok Kapal Iran, Kapal Angkatan Laut AS

Sekelompok Kapal Iran, Kapal Angkatan Laut AS 


Kapal Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) terpaksa putar arah setelah didekati sekelompok kapal penyerang dari Garda Revolusi Iran di Selat Hormuz. Insiden itu berlangsung hari Sabtu lalu namun baru diungkap pejabat AS hari Senin kemarin.

Seorang pejabat AS yang berbicara dalam kondisi anonim kepada Reuters mengatakan bahwa sekelompok kapal penyerang dari Garda Revolusi Iran mendekati kapal AS dalam jarak sekitar 550 meter. Kapal Angkatan Laut AS itu didampingi tiga kala Angkatan Laut Inggris.
Manuver sekelompok kapal Iran itu membuat kapal AS dan Inggris membuat formasi untuk mengubah arah. Menurut pejabat itu, Angkatan Laut AS telah melakukan komunikasi via radio, namun tidak direspons kru kapal Garda Revolusi Iran.
USNS Invincible
USNS Invincible 

“Interaksi itu tidak aman dan tidak profesional,” kata pejabat AS tersebut, yang dilansir Selasa (7/3/2017). Jika tidak berputar arah, interaksi itu bisa memicu sejumlah masalah.
Kapal Angkatan Laut AS yang diganggu sejumlah kapal Iran itu adalah kapal USNS Invincible. Menurut pejabat AS kapal-kapal Iran yang mendekat membawa senjata ringan.
Interaksi itu terjadi hanya beberapa hari setelah kapal Iran mendekati kapal Angkatan Laut AS dalam jarak 140 meter di Teluk Oman pada pekan lalu.

Pentagon secara resmi belum berkomentar atas gangguan sekelompok kapal Iran itu. Militer Iran maupun pihak Garda Revolusi Iran juga belum membuat pernyataan resmi terkait manuver kapal-kapal mereka di Selat Hormuz.

Sumber : https://international.sindonews.com/read/1185924/42/didekati-sekelompok-kapal-iran-kapal-angkatan-laut-as-putar-arah-1488828517

Belanda CS harus patuhi indonesia

Belanda CS harus patuhi indonesia


Bangkai kapal perang Belanda, Inggris, dan kapal selam Amerika Serikat (AS) hilang di Laut Jawa. TNI AL sudah berkoordinasi dengan ketiga negara tersebut terkait permasalahan itu.
"Kita sudah melaksanakan pertemuan dengan mereka, biar bagaimana pun juga itu heritage mereka yang ada di sini," ungkap Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Ade Supandi di Mabes TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (3/3/2017).
Ilustrasi 

Meski sudah berkoordinasi dengan Belanda, Inggris, dan AS soal bangkai kapal perang yang hilang, Ade menegaskan ketiga negara itu harus tetap mematuhi aturan Indonesia. Namun TNI memastikan akan memberikan bantuan, termasuk jika Belanda, Inggris, dan AS ingin survei ke lokasi tempat bangkai kapal perang terkubur.
"Harus tunduk pada peraturan Indonesia, oleh karena itu mereka tidak bisa survei sendiri, nyelam sendiri, tetep menggandeng atau memberitahukan kepada kita pemerintah Indonesia," jelas Ade.
KSAL juga menyatakan kerja sama juga harus ditentukan dengan jelas sebelum survei dilakukan. Ade mengatakan semua perlu dipetakan karena dalam pengawasan, semua ada di tangan TNI, dalam hal ini TNI AL.
"Kerja sama itu harus ditentukan, apa yang diinginkan dari survei itu sendiri, kemudian juga berapa lama surveinya, dan detail yang diharapkan dari mereka, dan demikian juga setiap kerangka yang dimiliki," sebutnya.
"Harus dipetakan, karena itu adalah bagian dari pengawasan dari kita, dan untuk peta laut yang melakukan itu Angkatan Laut, semua heritage, harus diinformasikan ke kita, posisinya, di mana dia tenggelam, karena tenggelamnya tahun '42-an, sebelum kita merdeka," imbuh Ade.
Mengenai pengawasan di sekitar bangkai kapal perang Belanda, AS, dan Inggris tersebut, menurut KSAL bisa dilakukan dengan dua cara. Namun itu pun setelah lokasi pastinya diketahui.
"Patroli itu kan kalau sudah tahu markanya, pengawasan itu bisa dari melakukan surveillance system, sehingga bisa kita lakukan pertama dengan surveillance system, yang kedua dengan patroli," tutur dia.
Sebelumnya, pemerintah Belanda mengungkapkan kesedihannya atas hilangnya tiga bangkai kapal perang miliknya di Laut Jawa. Ketiga kapal perang Belanda itu adalah Hr.Ms. De Ruyter, Hr.Ms. Java, dan Hr.Ms. Kortenaer, yang tenggelam pada Pertempuran Laut Jawa 1942. Ketiganya tenggelam saat menghadang invasi Jepang ke Pulau Jawa.
Menurut Kementerian Pertahanan Belanda, dua dari tiga bangkai kapal perang tersebut, yakni Hr.Ms. De Ruyter dan Hr.Ms. Java, hilang seluruhnya. Sedangkan kapal Hr.Ms. Kortenaer masih ada sisanya sebagian.
Bukan hanya bangkai kapal perang Belanda yang hilang di Laut Jawa, bangkai kapal perang Inggris dan AS juga hilang. Bangkai kapal-kapal perang Inggris, yaitu HMS Exeter, kapal perusak HMS Encounter, dan HMS Electra, juga ikut hilang bangkainya. Ketiganya karam setelah bertempur dengan pasukan Jepang pada bulan Maret 1942.
Bahkan sebuah bangkai kapal selam Amerika Serikat (AS) juga hilang tak jelas rimbanya. Mengenai kejadian ini, Belanda telah memberi tahu negara-negara terkait, antara lain Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Indonesia. Selanjutnya Belanda mengupayakan investigasi atas hilangnya ketiga bangkai kapal perangnya itu.
Pihak Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Inggris menduga hilangnya bangkai kapal ini dikarenakan telah diambil oleh para pemulung besi tua ilegal.
"Bangkai (kapal) itu nyaris semua dipindahkan dari dasar laut oleh pemulung besi ilegal," demikian kecaman yang dikeluarkan oleh Kemenhan Inggris seperti dilansir Dailymail.co.uk, Jumat (18/11/2016).
Sumber : https://m.detik.com/

Singapura Serahkan 16 Panser Terrex 2 untuk Marinir

Singapura Serahkan 16 Panser Terrex 2 untuk Marinir 



Sebagai tindak lanjut atas kemenangannya dalam fase pertama program ACV (Amphibious Combat Vehicle) 1.1, SAIC-ST Kinetics dari Singapura menyerahkan produksi pertama ranpur amfibi Terrex 2 kepada Korp Marinir AS (USMC) selaku pemesan. Penyerahan dilakukan dalam upacara roll out resmi di pabrik SAIC di South Carolina.
SAIC-ST Kinetics memperoleh kontrak fase pertama sejumlah 16 unit ranpur amfibi, yang kemudian akan ditandingkan dengan produk SuperAV dari British Aerospace-Iveco. Pertarungan dan evaluasi kedua produk akan berlangsung sampai Korp Marinir AS dapat menentukan produk yang lebih unggul, lalu menjatuhkan keputusan ke salah satu pabrikan paling lambat 2018.

Panser Terrex 2
Panser Terrex 2 
Terrex 2 mengalami peningkatan drastis dalam hal proteksi, mobilitas, daya gebuk, dan daya angkut. Jika Terrex memiliki bobot 24 ton, maka Terrex 2 mengalami peningkatan bobot 40% menjadi 30 ton. ST Kinetics mendesain ulang hullnya menjadi lebih besar dan lebih lega.
Terrex 2 dapat mengangkut 12 prajurit infantri bersenjata lengkap dalam kursi individual khusus yang didesain untuk menyerap impak akibat hantaman ranjau atau impak ledakan lainnya, sehingga mengurangi potensi cedera anggota tubuh.
Sementara untuk awaknya, Terrex 2 masih menggunakan konfigurasi yang sama yaitu dua orang, pengemudi dan komandan kendaraan. Hanya saja, kompartemen pengemudi yang sudah canggih ternyata dirombak lagi pada Terrex 2.
Jika pada Terrex hanya ada tiga panel LCD kamera di depan pengemudi dan satu layar untuk BMS di kirinya, maka pada Terrex 2 pengemudi benar-benar dimanjakan. Tidak hanya layar LCD diperbesar, sekarang pengemudi punya lima layar LCD. Dua layar LCD tambahan masing-masing ditempatkan di kiri-kanan lingkar kemudi.
Satu fitur canggih yang disematkan pada Terrex 2 adalah TI (Thermal Imager) Fusion Camera. Jika kamera TI normal menampilkan imaji yang kontras dan menyakitkan mata bila dipergunakan terlalu lama, maka TI Fusion menampilkan tangkapan termal yang tersaji dalam tampilan kamera biasa.
Ini adalah inovasi yang sangat luar biasa, dan jarang ditemukan pada produk ranpur lainnya. Dengan TI Fusion Camera, pengoperasian kamera termal dapat dilakukan layaknya pada kamera biasa, sehingga kewaspadaan situasional dapat terjaga dengan baik.
Kembali lagi ke soal dimensi, Terrex 2 memiliki panjang 8,5 meter dan lebar 3-4 meter dengan ketinggian mencapai nyaris 3 meter. Memang nyata lebih besar dibandingkan Terrex orisinal. Sekujur tubuhnya dilapisi oleh panel komposit AMAP (Advanced Modular Armour Protection) buatan Rheinmetall Chempro - IBD Deisenroth.
Jika pada Terrex kita melihat panel-panel ini diracik dua dimensi dengan ketebalan 8-12mm, maka pada Terrex 2 panel-panel ini tampil 3 dimensi berbentuk boks. Bisa dipastikan sebagian dalamnya dibiarkan hampa untuk menambah daya apung, plus memberikan ruang kosong antara panel AMAP dan kulit kendaraan sehingga hantaman hululedak shaped charge dapat dijinakkan sebelum dapat menembus kulit kendaraan.
Selain perlindungan pada kulit kendaraan, lambung Terrex 2 dibenamkan teknologi V over V (VoV) alias racikan lambung V ganda. Lambung V pertama melindungi sumbu roda, suspensi, dan sistem transmisi, sementara di atasnya lambung V kedua melindungi kompartemen penumpang.
Konfigurasi lambung V ganda ini diharapkan juga mampu melindungi sistem penggerak Terrex 2, sehingga saat terjadi detonasi tidak melumpuhkan kendaraan (mobility kill).
Untuk mengantisipasi penambahan bobot kendaraan tersebut, maka ST Kinetics melakukan peningkatan pada sistem turbocharger untuk mesin Caterpillar C9 sehingga mampu menyemburkan daya sampai 600hp, naik 150hp dari versi standar pada Terrex.
Mesin yang dibenahi ini dikawinkan dengan sistem transmisi otomatis Allison 4500SP dengan enam percepatan maju dan satu gigi mundur. Akselerasi dari 0-50km/ jam dapat dicapai dalam waktu kurang dari 15 detik dan kecepatan maksimalnya 90km/ jam.
Sedikit menurun dibandingkan Terrex memang, tapi layak ditebus dengan proteksi yang jauh lebih meningkat. Untuk olah gerak di permukaan air, ST Kinetics memasang sistem propulsi baru untuk mendorong Terrex 2 sampai kecepatan 6 knot/ atau 11,1 km/jam di permukaan air, meningkat 10% dari Terrex. Terrex 2 juga dilengkapi dengan snorkel untuk mengamankan pasokan udara ke arah mesin. Selain itu, bagian hidungnya dipermak menjadi semakin mancung, sehingga volume hampa internal juga semakin besar untuk meningkatkan daya apung.
Terakhir, untuk urusan persenjataan, Terrex 2 yang diserahkan sudah menggunakan konfigurasi sistem senjata berbasis RCWS Adder yang menggabungkan antara senapan mesin 12,7mm dengan pelontar granat 40mm. ST Kinetics juga sudah menyiapkan sistem kubah baru dengan kanon ATK Mk44 Bushmaster II kaliber 30x137mm.
Kanon baru ini menawarkan daya hantam yang meningkat, dengan kekuatan penetrasi sampai 25% di atas M242 Bushmaster yang di Korp Marinir digunakan pada LAV-25.
Penggunaan kanon ini menawarkan jarak jangkau efektif sampai 3km, memberikan jarak aman untuk menghantam ranpur lawan dari jarak yang lebih aman. Seluruh sistem kelistrikan dan komponen catu daya digabungkan ke kubah di atas, sehingga tidak ada komponen yang makan tempat di dalam kabin kendaraan.
Di luar kanon, kubah ini juga dapat mengintegrasikan sistem rudal antitank, yang defaultnya adalah ATGM Spike-LR. ATGM lain dapat diintegrasikan, tinggal dipilih saja apa yang diinginkan. Aryo Nugroho
Sumber : http://angkasa.co.id/

Akankah Rusia dan AS Terseret dalam Perlombaan Senjata Seperti Era Perang Dingin?

Militer Amerika
Militer Amerika 

Sementara AS hendak meningkatkan anggaran pertahanannya sebesar 54 miliar dolar AS, Rusia enggan terserat dalam perlombaan senjata dan tak berencana meningkatkan belanja militernya.
Presiden AS Donald Trump berencana meningkatkan anggaran belanja pertahanan untuk memodernisasi militer Amerika terutama untuk menambah kapal dan pesawat baru, serta memperkuat rute-rute kunci perairan internasional sebesar 54 miliar dolar AS.
Untuk mewujudkan hal ini, AS siap untuk memangkas pengeluaran lainnya, seperti memotong sepertiga anggaran Departemen Luar Negeri yang otomatis akan menghilangkan program-program tertentu dan berdampak pada restrukturisasi departemen.
Sebelumnya, Washington telah meminta anggota NATO untuk “membayar tagihan" dan menyumbangkan dua persen dari PDB mereka untuk anggaran aliansi. Jika tidak, sebagaimana yang dikatakan Menteri Pertahanan AS James Mattis, Amerika akan “melonggarkan komitmennya terhadap aliansi ini.”
Di lain pihak, Rusia, yang akan segera melaksanakan program persenjataan baru untuk 2018 - 2025, tidak berencana meningkatkan pengeluaran militer ataupun mengurangi anggaran belanja pertahanannya. Belanja militer Rusia menghabiskan tiga persen PDB negara, bukan empat persen, seperti yang awalnya direncanakan. Para ahli percaya bahwa sikap ini merupakan cerminan hasil evaluasi pemerintah terhadap situasi ekonomi negara, serta tak adanya ancaman nyata dari AS terhadap keamanan nasional.
Perang Dingin 2.0
Selama kampanye pemilu AS tahun lalu, Trump sebagaimana kandidat Partai Republik lainnya kerap menyuarakan dukungannya untuk meningkatkan kekuatan dan pengeluaran militer Amerika. Keputusan Trump untuk meningkatkan anggaran 2018 adalah sesuatu yang benar-benar diharapkan, kata Sergei Rogov, direktur ilmiah Institut RAS AS dan Kanada.
“Rincian rencana ini akan terungkap pada awal Maret ketika pemerintah mengirimkan permintaan anggarannya pada Kongres. Saat ini, mereka tengah memikirkan sektor apa yang harus mendapatkan perhatian: pada peningkatan kesiapan tempur atau pembelian teknologi baru. Belum lama ini, para pejabat di Angkatan Bersenjata AS mengatakan bahwa sebagian besar pesawat dan helikopter Amerika membutuhkan perbaikan serius,” kata Rogov.
Anggaran belanja pertahanan senilai 54 miliar dolar AS yang hendak diajukan Trump setara dengan gabungan anggaran tahunan Kementerian Pertahanan Rusia di pembangunan kapal, modernisasi senjata nuklir, dan pembangunan sistem pertahanan rudal.
“Sistem pertahanan misil di wilayah AS, yaitu kompleks di New York, Alaska, dan California, akan menjadi fokus perhatian,” kata Rogov, seraya menambahkan bahwa Rusia dan AS sekali lagi telah kembali ke realitas Perang Dingin, dan akan segera memulai perlombaan senjata yang dapat merugikan Rusia.
Bukan Ancaman bagi Rusia
Namun, sekalipun Kongres menyetujui peningkatan anggaran militer AS, para pakar percaya bahwa hal itu sama sekali tidak akan mengancam keamanan Rusia. Moskow perlu khawatir hanya jika kenaikan anggaran berakibat pada penyebaran pangkalan baru NATO atau sistem serangan di dekat perbatasan Rusia.
“Saat ini, Rusia tak bisa meladeni perlombaan senjata baru dan tak perlu bereaksi terhadap peningkatan anggaran militer Amerika,” kata Direktur Pusat Keamanan Internasional di Institut Ekonomi Dunia dan Hubungan Internasional Alexei Arbatov. “Uang yang kita alokasikan untuk pertahanan masih cukup. Kita tidak berencana untuk membangun pangkalan baru di perbatasan, dan kebutuhan militer kita tercukupi lebih dari yang diperlukan.”
Kebijakan Rusia hanya dapat diubah oleh perang yang akan datang dan “syukurlah, kita masih jauh dari kemungkinan semacam itu,” pungkas Arbatov.
Sumber : http://indonesia.rbth.com/

Enam Pesawat Tempur Siluman yang Ada di Dunia Saat Ini

Enam Pesawat Tempur Siluman yang Ada di Dunia Saat Ini

Teknologi pesawat siluman (stealth) terus berkembang dengan pesat, saat ini hanya beberapa negara maju yang memiliki teknologi siluman pada pesawat buatannya. Teknologi pesawat tempur siluman adalah salah satu faktor pendukung kemenangan dalam menjalankan misi peperangan. Berikut ini beberapa pesawat tempur barbagai negara yang memiliki teknologi siluman :
1. F-22 Raptor, AS
Pesawat tempur siluman buatan Lockheed Martin Amerika Serikat, F-22 Raptor disebut-sebut sebagai pesawat generasi kelima terbaik di dunia. Saat ini, Angkatan Udara Amerika Serikat mengoperasikan 187 pesawat tempur ini.
F-22 Raptor, AS

2. F-35 Lightning II, AS
F-35 merupakan pesawat tempur siluman yang dibangun oleh pabrikan Lockheed Martin. Pesawat ini menjadi pembicaraan karena mahal dan masih terus disempurnakan. Donal Trump bahkan menyebut program dan biaya F-35 di luar kendali.
F-35 Lightning II, AS

3. T-50 PAK FA, Rusia
Sukhoi T-50 atau dikenal sebagai PAK FA adalah pesawat tempur siluman Rusia. Negara pecahan Uni Soviet ini masih terus melakukan uji coba dan penyempurnaan pesawat generasi kelima, Sukhoi T-50. Angkatan Udara Rusia berharap dapat menerima PAK FA, pada tahun 2017 ini.
T-50 PAK FA, Rusia

4. J-20 Mighty Dragon,China
Pesawat tempur J-20 China buatan Chengdu Aerospace Corporation, terbang pertama di depan publik, pada saat pembukaan China International Aviation & Aerospace Exhibition ke-11 di Zhuhai, Guandong, 1 November 2016. Pesawat ini sering dibanding-bandingkan dengan F-22 Raptor, pesawat tempur siluman milik Amerika Serikat.
J-20 Mighty Dragon,China

5. J-31 Falcon Hawk, China
Pesawat tempur J-31 buatan Shenyang Aircraft Corporation tampil pertama kali dalam pameran udara Zhuhai Air Show, pada 12 November 2014. Banyak dugaan yang bermunculan bahwa Pesawat generasi kelima China ini merupakan hasil jiplakan dari pesawat buatan Amerika F-35 dan F-22, karena bentuknya yang sangat mirip.
J-31 Falcon Hawk, China

6. X-2 Shinshin, Jepang
Pesawat tempur siluman X-2 Shinshin dikembangkan oleh Mitsubishi, Jepang dan pertama kali terbang pada 22 April 2016. Pesawat generasi kelima Jepang diperkirakan akan mulai diproduksi, pada 2018.
X-2 Shinshin, Jepang

Sumber : TSM

Salah Pakai Oli, Mesin E-2C Hawkeye Jebol

Salah Pakai Oli, Mesin E-2C Hawkeye Jebol


Ini contoh bagi pembaca yang hobi gonta-ganti merk oli setiap kali servis kendaraan, pastikan selalu bahwa spesifikasi olinya sesuai spesifikasi kendaraan. Kalau tidak, bisa-bisa nasibnya seperti tiga unit pesawat intai E-2C Hawkeye milik AL AS.
Seperti dilaporkan oleh media Virginia Pilot, nasib nahas menimpa AEWS 124 (Airborne Early Warning Squadron - VAW-124) “Bear Aces” yang berpangkalan di Naval Station Chambers Field.
Petaka bermula pada pertengahan Januari 2017 setelah kapal induk USS H.W. Bush (CVN-77) menerima perintah layar, mengisi kekosongan kapal induk AS yang sempat menghilang dari seluruh samudera.


 E-2C Hawkeye
 E-2C Hawkeye 
Perintah layar itu tentu diikuti dengan penyiapan seluruh pesawat-pesawat yang akan ditugaskan bersama kapal induk. Salah satu aset Carrier Air Wing 8 yang merupakan kekuatan dari USS H.W. Bush adalah pesawat peringatan dini (Airborne Early Warning & Control) E-2C Hawkeye dari VAW-124.
Petinggi militer AS memerintahkan agar USS H.W. Bush berlayar pada 21 Januari 2017 menuju Timur Tengah, maka E-2C menjalankan overhaul dengan penggantian seluruh oli mesin pada E-2C Hawkeye.
Malangnya, teknisi yang melakukan perawatan pada E-2C tersebut menggunakan oli yang tidak dispesifikasikan untuk mesin Rolls Royce T56-A-427 yang mentenagai pesawat peringatan dini tersebut.
Akibatnya, enam mesin dari tiga unit E-2C yang disiapkan ke Timur Tengah tersebut langsung mengalami kerusakan begitu dilakukan uji mesin.
Lalu berapa biaya yang dibutuhkan oleh AL AS untuk memperbaiki kerusakan mesin tersebut? AL AS melaporkan bahwa mereka harus mengeluarkan maksimal USD 2 Juta untuk mengganti keenam mesin yang rusak.
Jumlah ini tentu bukan jumlah yang sedikit bagi AL AS di tengah program pengetatan anggaran dan tantangan untuk tetap menjaga tempo operasinya di tengah tuntutan misi yang begitu tinggi.
Untungnya, dukungan logistik dan kontraktor memampukan penggantian mesin seketika sehingga ketiga E-2C Hawkeye bisa berangkat bersama USS H.W. Bush pada 21 Januari 2017.
AL AS sendiri mengatakan bahwa biaya perbaikan untuk mesin-mesin tersebut bisa lebih rendah dari estimasi semula. Sebabnya, tidak seluruh mesin harus diganti. Aryo Nugroho
Sumber : http://angkasa.co.id/

AS Beli Pembunuh Drone Israel Rp 200 M

AS Beli Pembunuh Drone Israel Rp 200 M


Angkatan Udara AS menghabiskan US$ 15 juta (Rp 200 miliar) untuk sistem pembunuh drone misterius dari sebuah perusahaan Israel. Kontrak untuk sistem itu akan memasok 21 kit, yang diyakini dialokasikan untuk berurusan dengan ancaman drone dari ISIS.

Namun, rincian kit dan bagaimana mereka akan bekerja belum terungkap, meskipun diyakini menjadi versi modifikasi dari ‘drone shield’ perusahaan itu.Menurut dokumen Angkatan Darat, ELTA North America Inc, Annapolis Junction, Maryland, telah mendapatkan surat kontrak senilai US$ 15.553.483 untuk sistem itu."Kontraktor akan menyediakan pengadaan, pengiriman, dan pelatihan dari 21 Sistem Pertahanan Udara Portabel. Kit akan dibuat Israel dan dikirim ke pangkalan AS pada 28 Juli 2017," tulis dokumen itu sebagaimana dikutip Daily Mail, akhir pekan ini.
Sistem Pembunuh Drone
Sistem Pembunuh Drone  


Menurut situs Defence One, sistem ini dibeli oleh Air Force Life Cycle Management Center di Hanscom Air Force Base di Massachusetts."Lembaga ini mengawasi pembelian komunikasi dan elektronik, yang mengisyaratkan kesepakatan itu kemungkinan untuk beberapa jenis sistem penghambat yang dapat menjatuhkan drone kecil tanpa melepaskan tembakan."
ELTA Amerika Utara merupakan anak perusahaan dari Israel Aerospace Industries, yang membuat drone buster disebut Drone Shield. Sistem radar ini dapat mendeteksi, melacak dan menghambat drone kecil.

Tahun lalu, perusahaan mengatakan telah menjual Drone Guard ke beberapa pelanggan untuk perlindungan aset dan personil, tetapi tidak mengungkapkan pembelinya.
"Anak dan Grup IAI, ELTA Systems Ltd, menawarkan radar 3-Dimensi (3D) khusus dan sensor Electro-Optical (EO) untuk mendeteksi dan mengidentifikasi, serta sistem penghambat Serangan Elektronik (EA) untuk mengganggu penerbangan drone," kata situs itu.

Nissim Hadas, IAI Executive VP dan Presiden ELTA mengatakan, "Kami telah berhasil membuat radar militer kualitas tinggi dan kemampuan penghambat dalam sistem perlindungan drone efektif dan terjangkau.""Sejak meluncurkan sistem Drone Guard awal tahun ini kami mengalami peningkatan penjualan dan permintaan sistem itu untuk militer, HLS dan tugas perlindungan sipil," tambahnya.
Awal tahun ini posting media sosial mengungkapkan bahwa ISIS telah memodifikasi drone komersial untuk menjatuhkan bom. Pasukan udara koalisi telah memukul drone ISIS dan lokasi produksi drone di Suriah dan Irak.

Sumber : https://m.tempo.co/read/news/2017/02/26/072850379/as-beli-pembunuh-drone-israel-rp-200-m-untuk-lawan-isis

Cina Tingkatkan Keamanan Laut Cina Selatan

Cina Tingkatkan Keamanan Laut Cina Selatan



Cina segera meningkatkan kemampuan pengamanannya di Laut Cina Selatan. Angkatan Laut People's Liberation Army (PLA) Cina mendapatkan dana segar cukup signifikan untuk anggaran pertahanan mendatang, Ahad (26/2).


Langkah ini diambil sekaligus untuk menilai dominasi AS di LCS pada era Donald Trump. Kemampuan Angkatan Laut diperkirakan meningkat dalam beberapa bulan kedepan. Dipimpin laksamana yang sedang naik daun, Cina telah menunjukkan giginya.


Cina Tingkatkan Keamanan Laut Cina Selatan
Cina Tingkatkan Keamanan Laut Cina Selatan 
Kapal induk pertamanya telah dipamerkan saat berlayar melintasi Taiwan beberapa waktu lalu. Termasuk parade beberapa kapal perang yang melesat ke sana kemari.
Seorang diplomat Cina anonim mengatakan tindakan ini tidak lain adalah sikap waspada Cina pada pemerintahan Trump. "Cina khawatir Trump akan tiba-tiba memanaskan situasi, karena ia tidak bisa diprediksi sehingga kami harus siap," kata dia.

Menurutnya, ini sekaligus kesempatan Cina untuk meningkatkan kemampuan militer di tengah krisis. Beijing tidak memberikan informasi soal peningkatan anggaran belanja angkatan lautnya. Untuk tahun 2016, tercatat 139 milyar dolar AS.
Jumlah ini meningkat hanya 7,6 persen dari anggaran sebelumnya. Cukup mengejutkan karena Cina selalu meningkatkan anggaran sebanyak dua digit persentase dari tahun sebelumnya. Tahun 2016 jadi tahun pertama dengan kenaikan single digit sejak 2010.

Pengamat keamanan, Richard Bitzinger mengatakan Cina sudah diuntungkan dengan peningkatan anggaran dalam 15 tahun terakhir. Senior Fellow and Coordinator of the Military Transformations Programme di S.Rajaratnam School of International Studies Singapore ini mengatakan kini kemampuan mereka sudah luar biasa.

Sumbe: http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/17/02/26/olzda6335-khawatirkan-trump-cina-tingkatkan-keamanan-laut-cina-selatan

Interested for our works and services?
Get more of our update !