Tampilkan postingan dengan label PT DI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PT DI. Tampilkan semua postingan

TNI Beli Helikopter UH-60M Black Hawk

TNI Beli Helikopter UH-60M Black Hawk

Anggota DPR Komisi VI Inas Nasrullah Zubir mengakui PT Dirgantara Indonesia (DI) saat ini hanya baru bisa merakit helikopter saja, belum bisa memproduksi helikopter.
Karena hal itu panglima TNI Jendral Gatot Nurmantyo ingin segera membeli helikopter UH-60M Black Hawk.

Helikopter UH-60M Black Hawk
Helikopter UH-60M Black Hawk 
"PT DI Masih sampai bisa merakit saja. Selama menunggu mereka bisa produksi, TNI akhirnya mengimpor," ujar Inas dihubungi wartawan, Selasa (7/3/2017).
Menurut Inas, PT DI masih memiliki banyak kelemahan di dalam pengerjaan proyek pesawat dan helikopter. Hal itu yang harus dibenahi mengingat ada banyak kontrak perakitan yang terbengkalai oleh PT DI.
"Begini PT DI bagaimana memanage kontraknya lebih baik lagi," ungkap Inas.
Anggota fraksi Hanura itu pun menilai peralatan dan teknologi yang digunakan PT DI sudah ketinggalan zaman. Sedangkan tuntutan dari PT DI untuk merakit helikopter dan pesawat terlalu banyak.
"Sekarang peralatan PT DI banyak yang sudah tua itu yang membuat keterlambatan," kata Inas.
Inas berharap PT DI bisa segera melakukan revitalisasi perlengakapn perakitan di dalam negeri. Walaupun mahal, namun hal tersebut menurut Inas perlu dilakukan.
"Mungkin peralatan PT DI harus direvitalisasi karena banyak yang sudah tua, dan itu tidak murah," jelas Inas.
Sebelumnya diberitakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantuo telah bertemu Panglima Pasifik militer Amerika Serikat General Robert Brown.
Dalam pertemuan tersebut Panglima TNI mengapresiasi bantuan pemerintah AS dalam pembelian helikopter UH-60M Black Hawk , helikopter Apache AH-64E Apache Guardian, dan pesawat tempur F-16.
Sumber : http://www.tribunnews.com/

TNI AU Dukung Kemandirian PT Dirgantara Indonesia

                                TNI AU Dukung Kemandirian PT Dirgantara Indonesia


Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengatakan sebagai institusi pengguna alutsista produk PT Dirgantara Indonesia (DI), TNI AU akan mendukung penuh kemandirian perusahaan milik pemerintah itu.
Hal itu dikatakan KSAU saat menerima kunjungan Direktur Utama PT DI, Budi Santoso, di Mabesau, Cilangkap, Jakarta, Selasa.


CN-295 TNI AU
CN-295 TNI AU 
Dalam kunjungan tersebut, KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto didampingi Asisten Operasi (Asops) Kasau Marsekal Muda (Marsda) TNI Barhim, Aslog Kasau Marsda TNI Yadi Husyadi, Asisten Perencanan dan Anggaran (Asrena) Kasau Marsekal Pertama (Marsma) TNI Fahru Zaini, Kadispenau Marsma TNI Jemi Trisonjaya, Kadisminpersau Marsma TNI Diah Yudanardi dan Kadisaeroau Kolonel Tek Dento Priyono. Sementara Dirut PT DI didampingi beberapa pejabat staf PT DI.
Dalam pertemuan ini, kedua pejabat juga membahas perkembangan proses produksi beberapa alutsista yang sedang dipesan TNI AU, seperti pesawat Casa CN-212i dan CN-295.
Mantan Irjen Kemhan ini menambahkan, untuk mempermudah komunikasi dan koordinasi antara TNI AU dan PT DI, dalam waktu dekat TNI AU akan mengirimkan atau menempatkan perwira TNI AU yang ahli di bidangnya sebagai kepanjangan tangan TNI AU di PT DI.
Dirut PT DI, Budi Santoso, mengatakan PT DI saat ini sedang fokus membangun pesawat CN-212i, pembuatan pesawat CN-212i sepenuhnya dikerjakan oleh tenaga-tenaga muda yang ahli dari tenaga kerja Indonesia, tidak menggunakan tenaga asing.
"PT DI akan memenuhi sesuai dengan permintaan dan keinginan dari TNI AU," kata Budi.
Sumber : http://www.antaranews.com/

PT Dirgantara Indonesia Diminta Produksi Helikopter

PT Dirgantara Indonesia Diminta Produksi Helikopter


Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Hadi Tjahjanto menginginkan PT Dirgantara Indonesia (Persero) memproduksi helikopter untuk mewujudkan kemandirian pertahanan nasional.
"Kemarin saya sudah menyampaikan kepada Dirut PT DI bahwa kebutuhan kami yang mendesak adalah kesiapan helikopter," ujar Marsekal Hadi Tjahjanto, saat melakukan kunjungan kerja ke Pangkalan Udara (Lanud) Iswahjudi Magetan, Jawa Timur, Jumat.
Karena itu, menurutnya lagi, saat ada kontrak nantinya dengan Kementerian Pertahanan, pihaknya ingin agar PT DI (Persero) dapat memproduksi helikopter yang memiliki kualifikasi sesuai dengan yang diinginkan oleh TNI AU.
EC725 Cougar
EC725 Cougar 

"Apabila nanti kami melaksanakan kontrak pengadaan helikopter dan itu dilaksanakan oleh Kementerian Pertahanan, nantinya agar segera direalisasikan dengan "spek" yang kami inginkan," kata Hadi Tjahjanto yang juga Komisaris Utama PT DI (Persero) tersebut.
Pihaknya juga akan menempatkan para personel yang telah mumpuni di bidangnya untuk memberikan pendampingan di PT DI, sehingga produksi dan proses pengadaan helikopter tersebut dapat berjalan sesuai yang diinginkan.
Tidak hanya helikopter, Hadi juga menegaskan tentang kebutuhan TNI AU yang mendesak lainnya, yaitu pesawat angkut ringan jenis Casa. Ia berharap PT DI bisa merealisasikannya apabila kontrak dengan Kementerian Pertahanan tersebut terjadi.
Disinggung soal kerja sama dengan pihak luar negeri untuk membantu proses pengadaan tersebut, ia mengatakan jika helikopter dan pesawat yang dibutuhkannya tersebut tidak dapat diproduksi di dalam negeri, maka hal itu menjadi kewenangan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP).
Dalam kunjungan kerja ke Lanud Iswahjudi Magetan, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto didampingi oleh Komandan Lanud Iswahjudi Magetan Marsma TNI Andyawan, juga meninjau Skadron Udara 14 dan melakukan pertemuan dengan para anggota TNI AU setempat.
Pada kesempatan tersebut, pihaknya juga memberikan kabar tentang rencana pemerintah untuk mengganti pesawat tempur F-5 Tiger yang sudah lama tidak dioperasikan.
Sumber : http://kabar24.bisnis.com/

Terbang Perdana Terserah Pilotnya N219

Terbang Perdana Terserah Pilotnya N219


N219, pesawat yang dibangun PT Dirgantara Indonesia, akan melakukan terbang perdana (first flight) pada akhir April nanti. Setidaknya, jika masih ada kendala, N219 bisa terbang perdana pada Juli 2017. Selanjutnya adalah proses sertifikasi, dan diharapkan mulai diproduksi pada 2018.
“Sekarang ini sedang dilakukan pengujian-pengujian. Berikutnya adalah pengujian engine, engine sudah mulai naik. Yang kita perlukan waktu satu atau satu setengah bulan. Insyaa Allah…,” ujar Budi Santoso, Direktur Utama PTDI, sewaktu menerima kunjungan Menteri Riset &Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir di PTDI Bandung hari ini (27/2/2017).
N219  Lapan PT DI
N219  Lapan PT DI

Prototipe pertama N219 sedang melakukan pengujian wings static. Pengujian struktur sayap pesawat N219 itu dapat menjadi bahan evaluasi para engineer PT DI untuk melakukan pengembangan.
Wings static test merupakan pengujian struktur sayap pesawat yang diberi beban limit mencapai 100 persen bahkan hingga ultimate atau dipatahkan. Ini untuk melihat kekuatan maksimum yang dapat ditahan oleh sayap N219.
Seperti yang diungkapkan Budi, berbagai pengujian yang sudah dilakukan itu, antara lain, electrical grounding bonding test, leak test, dan cleaning test di tangki bahan bakar untuk memastikan ada tidaknya kebocoran. Pengujian lainnya adalah landing gear drop test dan electrical power test.
Prototipe pertama N219 masih dalam proses basic airframe dan basic system instalation. Setelah itu akan dilakukan beragam uji fungsi untuk memastikan setiap komponen berfungsi dengan baik.
Menurut Budi, “Untuk first flight itu tidak bisa ditentukan harinya atau kapannya. Itu tergantung pilotnya. Kapan ia siap terbang, boleh terbang. Karena begitu ditentukan tanggalnya, kami tak ingin Bu Esther itu stress. Kami tak ingin terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan. Jadi, first flight terserah dari pilotnya.”
Apa Capt Esther Gayatri Saleh, pilot uji yang akan menguji terbang pesawat N219, memang stress? “Normal saja,” jawabnya. Kata dia, jika pesawat memang sudah siap dan seluruh pengujian komponen sudah lulus uji, ia siap.
“Kami ada tim juga. Kalau pesawat N219 sudah siap first flight sesuai dengan list kami, kami pasti siap,” ujar Capt Esther. Reni Rohmawati
Sumber : http://angkasa.co.id/

PT Dirgantara Indonesia Sebenarnya Mampu Produksi Helikopter Sendiri

PT Dirgantara Indonesia Sebenarnya Mampu Produksi Helikopter Sendiri


PT Dirgantara Indonesia (Persero) dinilai sangat mampu mendesain dan memproduksi helikopter sendiri untuk mewujudkan kemandirian pertahanan nasional.
"Bukan suatu hal yang tidak mungkin, dengan dukungan penuh pemerintah terhadap industri pertahanan, PTDI siap memproduksi helikopter sendiri," kata Deputi Bidang usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno, saat berbincang dengan wartawan, di Jakarta, Jumat.
Demikian diungkapkan Harry, menjawab pertanyaan sejumlah kalangan terkait kemampuan perusahaan tersebut mengembangkan sendiri helikopter.
 EC725 Super Cougar
 EC725 Super Cougar

PT DI yang merupakan ikon industri kedirgantaraan Indonesia, sejauh ini sudah banyak mendisain pesawat dan merakit pesawat pesanan beberapa negara di dunia.
Pesawat jenis CN-235 pesawat itu merupakan desain asli anak bangsa yang dalam produksinya bekerjasama dulu dengan CASA Spanyol kini Airbus. Bahkan, saat ini PT DI tengah merancang jenis pesawat baru yaitu CN-245. Hanya saja, hingga kini, PT DI belum bisa mendesain jenis pesawat seperti helikopter.
Menurut Harry sesungguhnya sudah banyak helikopter yang terbang perdana dari pabrik PT DI di Bandung.
Hanya saja helikopter ini merupakan desain dari beberapa produsen helikopter dan kemudian PT DI hanya merakitnya.
"Helikopter-helikopter itu tidak desain PT DI, tapi kita hanya manufacturing atau merakit kemudian menerbangkan," katanya.
Ia mengakui tidak mudahnya PT DI mendesain helikopter, dikarenakan pesawat jenis ini banyak memiliki varian. Berbagai produsen helikopter seperti Bell, Eurocopter sudah memiliki banyak varian, sehingga pasar yang harus dihadapi juga sangat kompleks.
Namun Harry memastikan PT DI sudah bekerjasama dengan beberapa produsen helikopter tersebut untuk bisa merakit di Bandung. Dengan begitu, beberapa pasar di ASEAN bisa menjadi lahan PT DI mengingat akan lebih efisien.
Mengenai kualitas produk helikopter yang dirakit PT DI, diklaim Harry juga sama dengan yang dirakit di pabrik masing-masing.
Dia mengemukakan kualitas helikopter jenis EC725 Super Cougar tidak kalah jika dibandingkan dengan jenis AW 101.
"Jadi tetap, PT DI dalam memproduksi pesawat sekarang disesuaikan dengan Rencana Strategis Hankam," ujar Harry.
Dengan begitu, bukan suatu hal yang tidak mungkin dengan dukungan penuh pemerintah PT DI mampu mendesain dan memproduksi helikopter sendiri.

Jangan Batalkan Pembelian Helikopter EC725 Cougar dari PT DI
Polemik pembelian helikopter AgustaWestland AW101 diharapkan tak membuat pemerintah membatalkan kontrak pembelian 16 helikopter EC725 Cougar buatan PT Dirgantara Indonesia. Pembatalan akan merugikan dan mencoreng nama baik PT DI di dunia industri penerbangan internasional.
Permintaan ini mengemuka dalam kunjungan Tim Komite Kebijakan Industri Penerbangan (KKIP) ke PT DI di Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (22/2). Kunjungan tim KKIP itu ingin meninjau secara langsung kemampuan PT DI memproduksi EC725 Cougar.
"Jangan sampai karena polemik AW101 ini mengganggu proses bisnis PT DI. PT DI sudah belanja untuk produksi hingga pemeliharaan, jangan sampai dibuat rugi," kata Ketua Pelaksana KKIP Laksamana (Purn) Sumardjono.
Sebelumnya, pemerintah dan PT DI menyepakati pembelian 16 helikopter EC725 Cougar. Dua unit sudah dikirim 25 November 2016. Empat unit lainnya sudah rampung meski belum ada keputusan kapan pengiriman akan dilakukan. Sementara 10 unit lagi masih dalam proses pembuatan.
Sumardjono berpendapat, heli EC725 Cougar buatan PT DI sebenarnya punya kemampuan setara dengan AgustaWesland 101 (AW 101). Dengan demikian, apabila spesifikasi di antara kedua heli itu tidak terlalu jauh, sebaiknya TNI AU tidak membeli AW 101. "Kita perlu mendukung dan mengembangkan industri pertahanan dalam negeri," ujar Sumardjono.
Kepala Bidang Transfer of Technology & Ofset KKIP Rachmad Lubis juga mengingatkan Kementerian Pertahanan bahwa pembelian 16 helikopter EC725 Cougar itu sesuai dengan rencana strategis pertahanan.
EC725 Cougar merupakan helikopter kapasitas dua mesin yang mampu mengangkut beban hingga 11 ton dengan kemampuan jelajah jarak jauh. Heli ini memiliki kapasitas ruang yang mampu mengakomodasi berbagai pengaturan tempat duduk hingga 29 anggota pasukan ditambah 2 orang sebagai pilot dan kopilot.
Kepala Divisi Rekayasa Manufaktur Direktorat Produksi PT DI Mukhamad Robiawan mengemukakan, EC725 Cougar unggul dibandingkan AW101 dalam beberapa spesifikasi. Dalam hal pendaratan darurat di perairan, sistem pelampung Cougar dapat mengembang sebelum heli mendarat di air. Berbeda dengan AW 101 yang sistem pelampungnya baru akan terbuka setelah badan heli menghantam air.
"Selain itu, untuk kedap suara di dalam kabin, Cougar relatif lebih bagus," lanjut Robiawan.
Sebelumnya, Direktur Niaga dan Restrukturisasi PT DI Budiman Saleh mengemukakan, harga jual EC725 Cougar sekitar 30 juta euro atau lebih kurang Rp 420 miliar. Harga tersebut relatif lebih murah dibandingkan heli AW 101 yang diperkirakan seharga 55 juta dollar AS atau Rp 761 miliar (Kompas, 28/12/2016).
Sementara itu, Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI Andi Alisjahbana menyebutkan, apabila PT DI diminta untuk memproduksi helikopter AW 101, hal itu memerlukan investasi besar, mulai dari sarana produksi hingga kemampuan dasar manusia.
Sumber : http://www.antaranews.com/ https://kompas.id/

DPR Minta Menhan Tinjau Kerjasama PT DI dengan Airbus

DPR Minta Menhan Tinjau Kerjasama PT DI dengan Airbus


Anggota DPR Komisi I Bobby Rizaldy meminta pemerintah melalui Kementerian Pertahanan (Kemenhan) meninjau kembali kerjasama PT Dirgantara Indonesia (DI) dengan perusahaan asal Perancis, Airbus.
"Kerjasama itu (DI dan Airbus) perlu ditinjau," ujar Bobby dihubungi wartawan, Jakarta, Rabu (22/2/2017).
Bobby tidak ingin perusahaan BUMN sekelas PT DI membuat bagian pesawat yang tidak sesuai dengan kebutuhan komponen. Pasalnya Bobby menilai PT DI tidak mampu membangun pesawat sekelas Airbus.
Helikopter Jenis Bell 412 PT DI
Helikopter Jenis Bell 412 PT DI 

"Jangan sampai hanya membuat bagian pesawat yang tidak signifikan," jelas Bobby.
Dilihat dari pengalaman, Bobby menyebut PT DI mampu membuat helikopter jenis Bell 412.
Selain itu Bobby menyebut perusahaan pelat merah itu berhasil mengoperasikan dan merawat generasi pertama helikopter buatan Bell dan Sikorsky S58T Twin Pack.
"PT DI memang bisa membuat Bell 412," ungkap Bobby.
Sebelumnya diketahui Dewan Penasihat National Air Space and Power Center of Indonesia (NASPCI) Connie Rahakundini mengatakan kerjasama kontrak PT DI dengan PT Dirgantara tidak memberikan kontribusi untuk pertahanan Indonesia.
"PT DI harus memutuskan kontrak yang sudah 40 tahun dengan Airbus," kata Connie.
Pengamat militer itu menilai PTDI tidak bisa membuat helikopter secara mandiri.
"PT DI harus bisa membuat heli sendiri, jangan cuma bisa mengecat saja," jelas Connie.
Sumber : http://www.tribunnews.com/

Interested for our works and services?
Get more of our update !