Tampilkan postingan dengan label TNI AL. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TNI AL. Tampilkan semua postingan

Komando Armada 3 TNI AL Dibangun di Wilayah Kaimana Papua

                        Komando Armada 3 TNI AL Dibangun di Wilayah Kaimana Papua

Komando Armada 3 TNI AL akan segera dibentuk untuk mendukung pemerataan pembangunan dan ekonomi nasional yang dicanangkan pemerintahan Presiden Joko Widodo. Meski direncanakan di Sorong, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo meminta agar pusat Armada 3 dibangun di Kaimana, Papua Barat.
"Kurang lebih (Sorong). Maunya bapak Panglima sih ada satu areal di dekat Kaimana tapi itu masih konteksnya perlu dari 0 sekali. Di Teluk Kaimana, ada namanya Tanah Merah. Perencanaannya, maunya beliau di situ," ungkap Kadispen TNI AL Laksma Gig Sipasulta di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (3/3/2017).




Komando Armada 3 TNI AL
Komando Armada 3 TNI AL 
Meski begitu, TNI AL memberi masukan agar Komando Armada 3 tetap dibangun di Sorong. Mengingat untuk infrastruktur dan fasilitas lainnya, Sorong sudah jauh lebih lengkap. Di Sorong juga sudah terdapat Lantamal.
"Tapi kita kan juga kasih masukan. Karena kalau Sorong establish sudah, sudah ada fasilitas minimal mengawali. Karena ini perintah kita akan kerjakan, kita akan laporkan balik," kata Gig.
TNI AL tetap akan mengkaji permintaan Panglima TNI. Namun lengkap dengan berbagai pertimbangan dari hasil pengkajian tersebut agar menjadi pertimbangan pimpinan.
"Verifikasi, kita lihat untung ruginya, kita sampaikan dalam bentuk apresiasi. Kalau beliau katakan di situ, implikasinya macam-macam. Anggaran akan lebih besar lagi," ucap Gig.
Jika kembali mengingat sejarah, pembangunan pangkalan di Kaimana sendiri sebenarnya dirintis pada era penjajahan Jepang setelah berhasil menggulingkan pemerintahan Belanda. Namun tak lama begitu pangkalan selesai dibangun, Jepang diserang oleh Sekutu hingga akhirnya menyerah kalah pada 1945.
Para penjajah mengincar Kaimana karena lokasinya yang strategis untuk menguasai wilayah Pasifik dan Australia. Wilayah Kaimana pernah dijadikan Pangkalan Udara dan Pangkalan Angkatan Laut Kerajaan Belanda saat Belanda masih menjajah sebagian tanah di Indonesia pada tahun 1946.
Tanah Papua sempat menjadi sengketa walaupun Indonesia sudah merdeka. Meski Belanda sudah menjadikan Kaimana sebagai pangkalan militer udara dan lautnya, Papua pada akhirnya diakui sebagai bagian dari Indonesia.
Walaupun demikian, infrastruktur di Kaimana masih dirasa sangat kurang untuk menjadi pusat Armada 3. TNI AL tetap merekomendasikan agar Komando Armada 3 berada di Sorong sehingga tidak benar-benar membangun dari titik 0.
Itu pun menurut Gig prosesnya masih cukup panjang, termasuk persiapan pembentukan Pasukan Marinir (Pasmar) 3 sebagai salah satu sarana yang diperlukan dalam pembangunan Komando Armada 3. Namun TNI menargetkan agar Komando 3 bisa beroperasi tahun ini atau maksimal tahun 2018.
"Masih proses, pertama larinya ke anggaran. Bukan cuma Pasmar 3, tapi juga Armada 3 juga sudah kita bicarakan. Prosesnya masih panjang. Ini masih perlu dibangun fasilitas, orangnya, kekuatan personelnya," terang dia.
"Tapi aspek itu bisa terlaksana apabila sudah turun anggaran dari negara. Proses itu kita harapkan tahun ini, akhir tahun mungkin, tapi paling jelek tahun depan," lanjut Gig.
Saat ini TNI AL memiliki 2 Komando Armada, yaitu Komando Armada Barat (Koarmabar), yang berada di Jakarta dan Komando Armada Timur (Koarmatim). Pembentukan Komando Armada baru akan membantu pemerataan pembangunan dan ekonomi sesuai dengan harapan Jokowi, termasuk untuk menunjang program tol laut.
Pembentukan Komando Armada baru ini sebetulnya bukan rencana baru. Penambahan Komando Armada TNI AL itu sejalan dengan rencana pembentukan Kogabwilhan (Komando Gabungan Wilayah Pertahanan). Ini juga sudah masuk dalam rencana strategis (renstra) TNI untuk memenuhi minimum essential force (MEF).
Sebelumnya Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menyebut salah satu fokus TNI tahun ini adalah untuk menyesuaikan penyebaran pasukan-pasukan dan pangkalan-pangkalan yang tidak tersentral di Jawa. Penyebaran pangkalan pun difokuskan pada tempat-tempat terpinggir agar bisa menjadi sentra ekonomi baru, sesuai arahan Presiden Jokowi.
"Pembentukan kodam-kodam baru, kemudian koops baru tidak. Tapi (Komando) Armada baru. (Pembentukan) Armada III harus dilakukan," terang Gatot usai Rapim TNI, Kamis (19/1).
Direncanakan sebelum ini, Komando Armada Barat tetap berada di Jakarta, Komando Armada Tengah di Makassar, dan Armada Timur di Papua. Penambahan Komando Armada salah satunya juga terkait dengan pengamanan Laut China Selatan.
Sumber : https://news.detik.com/

Pasukan AL menyelamatkan muka indonesia

Pasukan AL menyelamatkan muka indonesia


Pasukan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) IV/Tanjungpinang menyelamatkan "muka" Indonesia di perairan Selat Malaka, yang selama ini dikenal dunia sebagai wilayah yang rawan kejahatan, kata pengamat hubungan internasional, Sayed Fauzan.
"Komitmen Tim Fleet Quick Response (WFQR) Lantamal IV dalam memberantas kejahatan di Selat Malaka sebagai bukti mesin pertahanan keamanan Indonesia kuat, meski AL dalam keterbatasan alutsista dan anggaran," tambahnya di Tanjungpinang, Sabtu.
Sayed yang juga Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji berpendapat Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Karena itu upaya "pembersihan" pelaku kejahatan di Selat Malaka tidak hanya mengharumkan nama Indonesia di mata dunia, melainkan sebagai bukti komitmen sebagai bagian dari komunitas dunia.

Tim Fleet Quick Response (WFQR) TNI AL
Tim Fleet Quick Response (WFQR) TNI AL 
"Tim WFQR Lantamal IV berhasil memberi efek getar kepada pelaku kejahatan di Selat Malaka maupun di Provinsi Kepulauan Riau. Efek getar itu membuat pelaku kejahatan berpikir ulang untuk melakukan kejahatan, karena merasa tim itu ada di mana-mana," katanya.
Sayed mengatakan kesuksesan Lantamal IV/Tanjungpinang dalam melaksanakan tugas pokok seharusnya mendapat dukungan seluruh pihak, termasuk pemerintah pusat dan daerah.
Kinerja positif yang dilakukan Tim WFQR memberantas kejahatan transnasional di Selat Malaka dan wilayah lainnya dalam satu tahun terakhir itu sudah seharusnya menjadi contoh bagi institusi lainnya yang berhubungan dengan kejahatan di wilayah perairan.
"Sebanyak 78 pelaku kejahatan ditangkap dalam berbagai kasus selama setahun itu bukan kerja biasa, melainkan butuh energi besar dan integritas yang tinggi. Ini hadiah besar bagi negara, yang harus ditingkatkan terus-menerus," ujarnya.
Dia mengemukakan aksi "bersih-bersih" yang dilakukan Tim WFQR Lantamal IV tidak hanya memberi efek getar kepada pelaku kejahatan di Selat Malaka, melainkan juga di perairan Kepri. Puluhan kasus penyeludupan barang berhasil diungkap dan pelakunya ditangkap.
Pelaku kejahatan atau pihak-pihak yang mendapat keuntungan dari kegiatan ilegal di perairan tentu merasa terganggu dengan aksi Lantamal IV.
"Ini biasa terjadi di kawasan yang sedang dibersihkan, seharusnya pemberantasan penyedupan tidak hanya dibebankan kepada TNI AL, melainkan Bea Cukai harus memiliki sikap tegas dan integritas yang sama untuk kepentingan negara," katanya.
Sumber : http://www.antaranews.com/

Pembentukan Pasmar 3 Paling Lambat Rampung 2018

Pembentukan Pasmar 3 Paling Lambat Rampung 2018

TNI masih terus berupaya mempersiapkan pembentukan Pasukan Marinir (Pasmar) 3. Kadispen TNI AL Laksma Gig Sipasulta, menyebut markas Pasmar 3 rencananya akan dibangun di sekitar teluk Kaimana, Papua Barat, sesuai keinginan Panglima TNI, Jendral TNI AD, Gatot Nurmantyo.
"Sudah jelas, kurang lebih (di situ), maunya bapak Panglima sih ada satu di dekat (Teluk Kaimana), tapi itu masih konteksnya itu perlu dari nol sekali (pembangunannya)," ujar Kadispen TNI AL, kepada wartawan di Mabes TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (3/3/2017).
Pasukan Marinir (Pasmar) 3
Pasukan Marinir (Pasmar) 3 

Kata dia di kawasan Teluk Kaimana, Papua Barat, terdapat wilayah yang bernama Tanah Merah. Panglima TNI berharap Pasmar 3 yang akan menangani wilayah Timur Indonesia, markasanya akan dibangun di tempat tersebut. Pihak TNI AL juga sudah memberikan sejumlah masukan sebagai alternatif lokasi markas Pasmar 3 selain di Teluk Kaimana.
"Kita lihat untung ruginya, kita sampaikan dalam bentuk apresiasi. Kalau beliau katakan di situ, implikasinya macam-macam, anggaran akan lebih besar lagi," ujarnya.
Namun kapan Pasmar 3 akan dibangun, Laksamana Gig Sipasulta, mengatakan prosesnya masih panjang. Saat ini TNI masih berkutat di anggaran. Jika anggaran sudah bisa diturunkan, ia memprediksi pada akhir tahun ini, atau selambat-lambatnya pada awal tahun depan, Pasmar 3 sudah terbentuk.
"Ini prosesnya masih panjang, masih perlu dibangun fasilitas, orangnya, kekuatan personelnya," ujar Kadispen TNI AL.
Sumber : http://www.tribunnews.com/

Kapal Selam Pesanan dari Korsel akan Tiba di Indonesia

Kapal Selam Pesanan dari Korsel akan Tiba di Indonesia 


TNI AL memesan tiga kapal selam dari Korea Selatan. Satu dari tiga kapal telah jadi dan akan segera dibawa ke Indonesia untuk kemudian dioperasionalkan.
Kapal selam tersebut dipesan Indonesia dari DSME (Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering) dengan proses Transfer of Technology (ToT). Satu kapal yang konstruksinya telah jadi sejak tahun lalu itu masih pada tahap uji coba.
Direncanakan kapal yang dibangun sejak tahun 2013 tersebut akan segera dikirimkan ke Indonesia setelah rangkaian uji coba selesai dilakukan.
"Kapal selama datang satu nanti bulan April," ungkap KSAL Laksamana Ade Supandi di Mabes TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (3/3/2017).

Kapal Selam TNI AL
Kapal Selam TNI AL
Ade sendiri bersama Menhan Ryamizard Ryacudu menyaksikan langsung peluncuran pertama kapal selam dengan kode Hull Number H.7712 itu di galanagan kapal DSME di Dermaga Okpo, Korea Selatan pada 24 Maret 2016. Sesuai dengan kontrak, kapal pertama dan kedua dilaksanakan di Korsel, dan yang ketiga akan dilakukan di galangan kapal PT PAL Indonesia karena proses ToT.
Selama proses pembangunan kapal selam pertama dan kedua, semua berada di bawah kendali pengawasan Satuan Tugas Proyek Pengadaan Kapal Selam (Satgas Yekda KDSE DSME209) yang dipimpin oleh Kolonel Laut (P) Iwan Isnurwanto. Untuk meraih kesuksesan pembangunan kapal selama ketiga, PT PAL telah mengirimkan sejumlah 113 insinyur ke DSME, Korea Selatan, untuk terlibat dalam proses ToT dan pembelajaran pembangunan dan pengembangan kapal selam secara mandiri melalui tahap On the Job Training (OJT).
Kapal Selam Diesel Elektrik DSME209 yang merupakan produksi ekspor pertama kali pemerintah Korea Selatan tersebut merupakan pengembangan dari kapal selam tipe Chang Bogo Class milik Republic of Korean Navy (ROK Navy) dan Kapal Selam tipe Cakra klas yang dimiliki oleh TNI Angkatan Laut. Meski banyak yang menyebut nama kapal selam ini sebagai Chang Bogo Class, kabarnya sudah ada nama yang disiapkan bagi kapal selam yang dipersenjatai dengan torpedo berukuran 533 mm tersebut.
Kabarnya, kapal selam pertama akan diberi nama KRI Nagabanda 403. Kemudian kapal kedua dan ketiga masing-masing akan dinamai KRI Trisula 404 dan KRI Nagarangsang 405. Indonesia sendiri menandatangani kontrak pengadaan tiga kapal selam dengan DSME pada Desember 2011. Keseluruhan kapal akan diselesaikan pada tahun 2019.
Kapal selam ini mempunyai panjang 61,3 meter dengan kecepatan ± 21 knot di bawah air, dan dengan ketahanan berlayar lebih dari 50 hari. Secara umum kapal selam Chang Bogo Class ini memiliki beberapa kelebihan dari sisi teknologinya, seperti State of The Art technology yang meliputi Latest Combat System, Enhanced Operating System, Non-hull Penetrating Mast and Comfortable Accomodation.
Selain dipersenjatai torpedo dengan fasilitas delapan buah tabung peluncur, kapal selama Chang Bogo Class juga dirancang untuk mampu mendeploy ranjau laut, meluncurkan rudal anti kapal permukaan, serta mampu melepaskan Torpedo Counter Measure.
TNI AL sendiri sudah menyiapkan markas untuk kapal selam baru. Kapal-kapal selam Chang Bogo Class rencananya akan bermarkas di Teluk Palu, Sulawesi.
Bukan hanya KRI Nagabanda saja yang akan tiba, ada sejumlah kapal baru yang akan dimiliki jajaran TNI AL tahun ini. Kapal-kapal baru itu ada berbagai jenis. Tak hanya kapal perang, namun ada juga kapal untuk latihan.
"PKR (perusak kawal rudal) sudah ya, kapal layar latih, kemudian kapal-kapal PC (patroli cepat)," tutur Ade.
Sumber : https://news.detik.com/

Belanda CS harus patuhi indonesia

Belanda CS harus patuhi indonesia


Bangkai kapal perang Belanda, Inggris, dan kapal selam Amerika Serikat (AS) hilang di Laut Jawa. TNI AL sudah berkoordinasi dengan ketiga negara tersebut terkait permasalahan itu.
"Kita sudah melaksanakan pertemuan dengan mereka, biar bagaimana pun juga itu heritage mereka yang ada di sini," ungkap Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Ade Supandi di Mabes TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (3/3/2017).
Ilustrasi 

Meski sudah berkoordinasi dengan Belanda, Inggris, dan AS soal bangkai kapal perang yang hilang, Ade menegaskan ketiga negara itu harus tetap mematuhi aturan Indonesia. Namun TNI memastikan akan memberikan bantuan, termasuk jika Belanda, Inggris, dan AS ingin survei ke lokasi tempat bangkai kapal perang terkubur.
"Harus tunduk pada peraturan Indonesia, oleh karena itu mereka tidak bisa survei sendiri, nyelam sendiri, tetep menggandeng atau memberitahukan kepada kita pemerintah Indonesia," jelas Ade.
KSAL juga menyatakan kerja sama juga harus ditentukan dengan jelas sebelum survei dilakukan. Ade mengatakan semua perlu dipetakan karena dalam pengawasan, semua ada di tangan TNI, dalam hal ini TNI AL.
"Kerja sama itu harus ditentukan, apa yang diinginkan dari survei itu sendiri, kemudian juga berapa lama surveinya, dan detail yang diharapkan dari mereka, dan demikian juga setiap kerangka yang dimiliki," sebutnya.
"Harus dipetakan, karena itu adalah bagian dari pengawasan dari kita, dan untuk peta laut yang melakukan itu Angkatan Laut, semua heritage, harus diinformasikan ke kita, posisinya, di mana dia tenggelam, karena tenggelamnya tahun '42-an, sebelum kita merdeka," imbuh Ade.
Mengenai pengawasan di sekitar bangkai kapal perang Belanda, AS, dan Inggris tersebut, menurut KSAL bisa dilakukan dengan dua cara. Namun itu pun setelah lokasi pastinya diketahui.
"Patroli itu kan kalau sudah tahu markanya, pengawasan itu bisa dari melakukan surveillance system, sehingga bisa kita lakukan pertama dengan surveillance system, yang kedua dengan patroli," tutur dia.
Sebelumnya, pemerintah Belanda mengungkapkan kesedihannya atas hilangnya tiga bangkai kapal perang miliknya di Laut Jawa. Ketiga kapal perang Belanda itu adalah Hr.Ms. De Ruyter, Hr.Ms. Java, dan Hr.Ms. Kortenaer, yang tenggelam pada Pertempuran Laut Jawa 1942. Ketiganya tenggelam saat menghadang invasi Jepang ke Pulau Jawa.
Menurut Kementerian Pertahanan Belanda, dua dari tiga bangkai kapal perang tersebut, yakni Hr.Ms. De Ruyter dan Hr.Ms. Java, hilang seluruhnya. Sedangkan kapal Hr.Ms. Kortenaer masih ada sisanya sebagian.
Bukan hanya bangkai kapal perang Belanda yang hilang di Laut Jawa, bangkai kapal perang Inggris dan AS juga hilang. Bangkai kapal-kapal perang Inggris, yaitu HMS Exeter, kapal perusak HMS Encounter, dan HMS Electra, juga ikut hilang bangkainya. Ketiganya karam setelah bertempur dengan pasukan Jepang pada bulan Maret 1942.
Bahkan sebuah bangkai kapal selam Amerika Serikat (AS) juga hilang tak jelas rimbanya. Mengenai kejadian ini, Belanda telah memberi tahu negara-negara terkait, antara lain Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Indonesia. Selanjutnya Belanda mengupayakan investigasi atas hilangnya ketiga bangkai kapal perangnya itu.
Pihak Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Inggris menduga hilangnya bangkai kapal ini dikarenakan telah diambil oleh para pemulung besi tua ilegal.
"Bangkai (kapal) itu nyaris semua dipindahkan dari dasar laut oleh pemulung besi ilegal," demikian kecaman yang dikeluarkan oleh Kemenhan Inggris seperti dilansir Dailymail.co.uk, Jumat (18/11/2016).
Sumber : https://m.detik.com/

Ancaman Keamanan Indonesia

Ancaman Keamanan Indonesia


Kementerian Pertahanan (Kemhan) bersama dengan Mabes TNI AL dan U S Naval Postgraduates School (NPS) serta U S War College, menyelenggarakan Maritime Defense Littoral Environment.
Seminar yang berlangsung selama tiga hari sejak 28 Februari sampai dengan 2 Maret 2017 di Shangri La Hotel, Jakarta ini membahas berbagai isu strategis terkait dengan keamanan nasional Indonesia.
Beberapa pakar dari Amerika Serikat, seperti Prof Henseller, Prof Mc Cabe, Prof Wilson, Laksmana Cedric Pringle dan lain-lain, hadir dalam seminar tersebut. Sementara dari Indonesia hadir Prof Hasjim Djalal, Laksamana TNI (Purn) Dr Marsetio, Dr Arief Havas Oegroseno, Dr Nuning Kertopati, dan Dr Connie Rahkundini Bakrie.
Poros Maritim Dunia
Poros Maritim Dunia 

Termasuk para pejabat dari Kemenko Polhukam, Kemhan, Kemlu, KKP, Mabes TNI, ketiga Mabes Angkatan, Bakamla dan Mabes Polri. Seminar ini membahas berbagai aspek keamanan nasional Indonesia sebagai negara kepulauan dan implementasi dari kebijakan pemerintah atas Poros Maritim Dunia.
Pembicara pada hari kedua adalah, Dekan Fakultas Manajemen Pertahanan (FMP) Universitas Pertahanan (Unhan) Laksda TNI Dr Amarulla Octavian, yang membahas penggunaan dynamic system dalam maritime threat assessment baik yang bersifat ancaman tradisional maupun ancaman nontradisional.
Menurut Patrick Godman dari ODC Kedubes Amerika Serikat di Jakarta, mengapresiasi penyelenggaran kegiatan tersebut. "Seminar kali ini dinilai lebih komprehensif ketika diskusi memasuki berbagai metodologi dan lintas disiplin ilmu dalam melakukan security assessment," ujarnya, Kamis (2/3/2017).
Peserta seminar juga diberikan kesempatan untuk mendalami berbagai isu strategis yang dapat memengaruhi implementasi Poros Maritim Dunia sebagai bentuk kepentingan nasional Indonesia yang menjadi prioritas.
Dosen Unhan Nuning Kertopati memberikan apresiasi penggunaan dynamic system. "Data kualitatif yang ada akan dikuantifitatif agar dapat disusun berbagai model yang aplikatif. Dengan membangun model dalam bentuk persamaan matematika, maka berbagai skenario dapat disimulasikan untuk menetapkan prioritas kepentingan nasional sebagai negara maritim," kata mantan anggota Komisi I DPR dua periode tersebut.
Sumber : https://www.sindonews.com/

Prajurit Korps Marinir Ikuti Pelatihan UAV

Prajurit Korps Marinir Ikuti Pelatihan UAV 

Prajurit Korps Marinir mengikuti pelatihan alusista Unmanned Aerial Vehicle (UAV) pesawat terbang tanpa awak yang berfungsi untuk mengintai dengan kendali jarak jauh di PT. Bhimasena Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Selasa (28/2/2017).

Pelatihan UAV Backpack SWG Throw System
Pelatihan UAV Backpack SWG Throw System 
Pelatihan ini dibuka secara resmi oleh Kepala SUB Dinas Perbekalan (Kasubdisbek) Dinas Material Korps Marinir (Dismat Kormar) Letkol Marinir Hendy, Selaku penanggung jawab Kepelatihan. Upacara pembukaan diawali dengan laporan kesiapan dan dilanjutkan dengan penyematan tanda peserta kepada perwakilan pelatihan uji fungsi Alusista UAV Backpack SWG Throw System.
Dalam amanatnya, Kasubdisbek Dismat Kormar mengatakan bahwa material baru tentang pesawat terbang tanpa awak yang berfungsi untuk mengintai dari ketinggian dengan kendali jarak jauh di jajaran Korps Marinir merupakan realisasi UAV Backpack SWG Throw System upaya modernisasi pembangunan kekuatan guna memenuhi Standar Kekuatan Pokok Minimum (Minimum Essensial Force/MEF). Modernisasi Alutsista menjadi keharusan dan tuntutan sehingga akan lebih efektif dalam pencapaian tugas pokok.
Dengan kekuatan yang tangguh dan modern maka Korps Marinir akan mampu memberikan daya tangkal yang tinggi serta berkonstribusi dalam upaya mendukung kebijakan pemerintah mewujudkan Indonesia sebagai “Poros Maritim Dunia”.
“Pelatihan uji fungsi Alusista pesawat terbang tanpa awak yang berfungsi untuk mengintai dengan kendali jarak jauh dan mampu membawa muatan baik senjata maupun muatan lainnya. untuk memberikan bekal dan meningkatkan kemampuan serta pengetahuan kepada prajurit Denjaka, Batalyon Taifib, dan Brigade Infanteri (Brigif) Korps Marinir, sehingga dapat menggetahui karakteristik komponen alusista tersebut untuk kesiap siagaan operasi dalam menghadapi setiap tugas,” ujar Kasubdisbek Dismat Kormar.
Sasaran dalam latihan ini adalah agar para peserta mampu mengawaki serta meningkatkan pengetahuan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Pesawat terbang tanpa awak yang berfungsi untuk mengintai dengan kendali jarak jauh dan mampu membawa muatan baik senjata maupun muatan lainnya. Supaya Korps Marinir bisa menghadapi perkembangan teknologi.
Sumber : http://www.marinir.tnial.mil.id/index.php?berita=detail&id=3348

KRI Bima Suci Indonesia Telah Dipasang Tiang Utama

KRI Bima Suci Indonesia Telah Dipasang Tiang Utama


Galangan kapal di Vigo Spanyol, Construcciones Navales Paulino Freire (Freire Shipyard) mencapai kemajuan dalam pemasangan peralatan kapal latih baru untuk Angkatan Laut Indonesia, yaitu Bima Suci, panjang 110 meter dengan lebar 12,6 meter. Secara teknis, pada akhir pekan kapal telah terpasang tiang utamanya dengan bantuan derek besar.
 Kapal Latih KRI Bima Suci TNI AL
Kapal Latih KRI Bima Suci TNI AL 

Ketika kapal selesai, Bima Suci dapat membentangkan layar seluas 3.350 meter persegi yang tersusun pada barque (terdiri dari tiga tiang layar). Pengiriman kapal dijadwalkan pada musim panas mendatang. Perahu layar, yang dinamai tokoh mitologi dari Indonesia, akan dipasang patung di anjungan, karya pematung dari Galicia, José Molares..
Kapal ini akan berfungsi sebagai platform pelatihan angkatan laut yang dapat menampung 200 orang di dalamnya, termasuk 120 taruna dalam pelatihan untuk Angkatan Laut Indonesia.
Sumber:http://www.farodevigo.es/economia/2017/02/23/buque-escuela-indonesia-luce-trinquete/1628673.html

Kapal Layar Latih NB705 KRI Bima Suci

  Kapal Layar Latih NB705 KRI Bima Suci



Setelah diluncurkan pada tanggal 17 Oktober 2016 lalu, pembangunan kapal layar latih NB705 kini memasuki tahap Pemasangan Tiang dan peralatan layar lainnya. Dansatgas Yekda Kapal Layar Latih Laksma TNI Sutarmono, M.Si Han., memimpin langsung kegiatan pergeseran posisi kapal pada hari Sabtu (17/2) pagi.
Meskipun diguyur hujan dan dilaksanakan pada hari libur, personel staf Satgas dan para calon awak kapal tetap bersemangat hadir. Posisi sandar kapal dipindahkan dari dermaga Coia milik Galangan Freire ke dermaga umum Bouzas yang lebih luas serta peralatan yang lebih lengkap untuk memasang tiang-tiang kapal.


KRI Bima Suci
KRI Bima Suci 
KLL Bima Suci memiliki 3 (tiga) tiang layar dengan tinggi rata-rata 49,5 meter, dan peralatan layar lainnya dibuat di Hamburg, Jerman serta layar-layar buatan Gdansk Polandia telah tiba di pelabuhan Bouzas, Vigo Spanyol, sejak pertengahan Januari 2017. Sebagaimana diketahui, Hamburg adalah kota kelahiran KRI Dewaruci yang legendaris 64 tahun silam.
Pemasangan tiang dan peralatan layar akan berlangsung selama 45 hari atau hingga awal April 2017, dikerjakan oleh teknisi Detlev Loell, perusahaan Jerman yang bergerak pada bidang desainer, teknisi, survei, dan supervisi pembangunan kapal layar besar, baik kapal layar latih maupun kapal layar penumpang dan super yacht. Detlev Loell memiliki pengalaman internasional lebih dari 30 tahun membangun kapal layar untuk beberapa negara, seperti Brasil, Spanyol, Inggris, Irlandia, Costarica, Oman, Denmark, Polandia, Rusia, Belanda, Italia, Turki, dan Indonesia.
Berbeda dengan KRI Dewaruci yang berjenis Barquentine 3 tiang dan memiliki 16 buah layar, kapal layar latih NB705 adalah kapal layar jenis Barque 3 tiang dan memiliki 26 layar, yang terdiri dari 5 layar jib, 3 layar dastur, 6 layar persegi di tiang haluan, 6 layar persegi di tiang utama atau tiang tengah, 3 layar besar, dan 3 layar gaffel (mizzen) di tiang buritan.
Dengan 3 tiang dan total luas layar 3552 m2 yang dimilikinya, kapal layar latih penerus KRI Dewaruci tersebut diharapkan mampu mencapai kecepatan 15 knot dengan menggunakan layar tanpa mesin pada kondisi cuaca 5 Beaufort dan mampu berlayar selama 30 hari.
Sumber : http://www.tnial.mil.id/News/OperasiLatihan/tabid/80/articleType/ArticleView/articleId/34068/Default.aspx

Interested for our works and services?
Get more of our update !