Brazil Beli Gripen, SAAB Gandeng Embraer untuk Produksi
Transfer of technology alias ToT, adalah aturan mengikat yang menjadi landasan bagi sejumlah negara (terutama negara berkembang) saat ini untuk mengakuisisi suatu jenis sistem persenjataan. ToT dijadikan semacam alat tawar kepada negara penjual jika mau produknya dilirik bahkan dibeli kemudian. Karena masuk ke dalam daftar peserta tender saja sudah merupakan kesempatan berharga bagi industri.
Namun terkadang kita melihat bahwa ToT hanya tertera di kertas kontrak, yang dengan cepat “dilupakan” setelah sistem dibeli dan kemudian digunakan oleh angkatan bersenjata.
Untuk itu kita bisa belajar dari komitmen Brazil saat membeli sebanyak 36 jet tempur JAS 39 Gripen E/F pada tahun 2014 dari SAAB yang bermarkas di Swedia. Lewat kontrak 5 miliar dolar AS itu, salah satu pasalnya mewajibkan SAAB untuk membangun fasilitas produksi pesawat di Brazil. Dengan kerjasama ini, diharapkan Brazil memiliki kemampuan development, production, dan maintenance.
JAS 39 Gripen E/F |
“Kami sudah berkomitmen dalam hal teknologi pesawat tempur yang di dalamnya termasuk development, production, dan maintenance,” ujar Goran Almquist, wakil program manajer Gripen di Brazil.
Tujuan utamanya, lanjut Almquist, adalah melatih industri Brazil sehingga kelak mereka memiliki kemampuan untuk memelihara armada Gripen yang dipunyai dan bahkan mengembangkan teknologi masa depan untuk Brazil sendiri. “Namun itu masih jauh memang, ada banyak kesempatan bagi SAAB (untuk membantu),” tambah Almquist.
Almquist dan umumnya staf di SAAB seperti yang Angkasa temui di Swedia atau saat pameran Aero India 2017 di Bangalore baru lalu, terlihat sangat bersemangat jika diminta bekerjasama dengan perusahaan lain yang tentu saja memiliki perbedaan budaya dengan Swedia. Rasa keinginan mereka sangat tinggi, tercermin dalam beberapa kali dialog dengan sejumlah staf SAAB.
Karena bagi SAAB, apa yang tengah mereka lakukan saat ini di Brazil terkait pengembangan dan produksi berakhir dengan sukses, tentu akan menjadi cara yang akan mereka terapkan ke pembeli produk SAAB di negara lainnya seperti India.
Dalam materi presentasi SAAB di hadapan wartawan di Bangalore, diperlihatkan fasilitas yang dibangun dengan memanfaatkan industri pesawat terbang Embraer milik Brazil. Kerjasama SAAB dengan Embraer dikukuhkan pada 22 November 2016 di Sao Paulo, Brazil.
Saat itu, SAAB dan Embraer meresmikan Gripen Design and Development Network (GDDN) di Gavião Peixoto, São Paulo. GDDN akan menjadi hub bagi pengembangan teknologi Gripen NG di Brazil, dimana SAAB dan Embraer akan bekerja sama dengan industri lokal Brazil seperti AEL Sistemas, Atech, Akaer dan angkatan udara Brazil melalui departemen riset DCTA.
Aplikasi kerjasama antara SAAB dan Brazil dimulai dengan dikirimnya 150 tenaga ahli penerbangan Brazil ke fasilitas SAAB di Linkoping, Swedia. Mereka belajar dan on the job training, dimana mereka bekerja bersamaan dalam proyek-proyek yang berbeda.
Tahap pengiriman 150 ahli ini dimulai pada musim gugur 2015 dan berlangsung selama beberapa tahun. Kemudian secara bertahap, mereka akan dipulangkan sesuai ke Brazil yang tentu saja sudah membawa pengetahun terbaru tentang pengembangan dan produksi pesawat tempur. Dari SAAB akan melakukan pendampingan saat Brazil membangun kemampuan industrinya.
Lebih dari 60% pengembangan pesawat tempur Gripen NG dua kursi akan dilakukan di Brazil. Sementara 80% dari flight testing juga akan dilaksanakan di Brazil.
“Guna memastikan kualitas, kami akan melakukan pemeriksaan, namun kami juga akan menetapkan persyaratan pada pengetahuan sebelumnya dari orang-orang (Brazil) yang datang ke sini,” jelas Almquist.
Terlepas dari apapun pilihan Pemerintah Indonesia untuk pesawat pengganti F-5E/F Tiger II TNI AU, kita patut belajar dari keseriusan Brazil dalam menerapkan prinsip ToT. Pun di India, dengan semangat swadeshi dan kampanye Make In India, kita akan melihat dalam 10-20 tahun ke depan kemampuan industri kedirgantaraan India membuat pesawat tempur, yang sekarangpun sudah dibuktikan dengan kehadiran Tejas.
Sebuah visi memang harus digantungkan setinggi langit, namun tidak mesti kita yang harus memetik buahnya. Beny Adrian
Sumber : http://angkasa.co.id/
Tidak ada komentar:
Write Comments