Tampilkan postingan dengan label TNI AU. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TNI AU. Tampilkan semua postingan

Kosekhanudnas Gelar Sistem Hanud Oerlikon Skyshield Amankan KTT IORA

Kosekhanudnas Gelar Sistem Hanud Oerlikon Skyshield Amankan KTT IORA


Amankan Konferensi Tingkat Tinggi Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia (IORA) Komado Sektor Pertahanan Udara I Jakarta (Kosekhanudnas) menggelar sistim pertahana udara Oerlikon Skyshield MK II Jakarta, Senin (6/3) . Unsur Rudal pertahanan udara Denhanud 471 Wing I Paskhasau ini di gelar dimaksudkan untuk menghancurkan ancaman serangan udara dari pihak manapun yang bertujuan mengganggu pelaksanaan KTT IORA yang berlangsung di Jakarta. Sebanyak 16 VVIP, yaitu pejabat tingkat kepala negara seperti presiden, wakil presiden, atau perdana menteri, hadir dalam KTT IORA tahun ini. Hajatan bertaraf internasional ini berlangsung, Jakarta Convention Center (JCC), Senayan di buka pada tangga, 5 Maret kemarin dan berlangsung hingga tanggal 9 Maret mendatang.
Pangkosekhanudnas I Marsma TNI Kustono, S.Sos menuturkan, terkait pengamanan Konferensi Tingkat Tinggi Asosiasi Negara Lingkar Samudera Hindia (IORA) Komado Sektor Pertahanan Udara I (Kosekhanudnas) menggelar sistim pertahana udara Oerlikon Skyshield MK II di beberapa titik strategis seperti, di Lanud Halim Perdanakusuma, JCC dan Bandara Soekarno Hatta Banten ulasnya. Dikatakan lebih lanjut, Selain itu Kosekhanudnas I juga di perkuat oleh Rudal Poprad bisa mobile, yang mempunyai jarak tembak 5500 meter milik Detasemen Rudal-003 atau Denarhanud Rudal-003 merupakan satuan bantuan tempur artileri pertahanan udara dibawah Resimen Arhanud-1/Falatehan pungkasnya.
Sistem Hanud Oerlikon Skyshield
Sistem Hanud Oerlikon Skyshield  

Sistem Oerlikon Skyshield merupakan sistem pertahanan udara modular termasuk meriam multirole otomatis 35 mm yang dapat menembakkan 1.000 putaran per menit, serta proyektil berpresisi yang dapat menembak jatuh pesawat. Sistem ini sedang digunakan di pangkalan TNI AU Supadio, Halim Perdanakusuma, dan pangkalan udara Hasanuddin Makasar.
Sumber : http://kohanudnas.mil.id/publik/content?id=1787

Low CBR Test, Uji Take off and Landing Airbus A400M

Low CBR Test, Uji Take off and Landing Airbus A400M 


Adalah wajar bila setiap manufaktur pesawat angkut taktis/strategis mengedepankan bahwa produk yang mereka tawarkan punya kemampuan plus-plus. Selain handal dari aspek permesinan, endurance, payload, dan jarak jangkau, kriteria pesawat angkut militer juga harus mampu beradaptasi pada landasan yang tidak beraspal, maklum misi militer menuntut pesawat angkut yang tangguh dan tidak ‘manja’ dalam gelar operasinya.


 low CBR (California Bearing Ratio) test
Low CBR (California Bearing Ratio) Test 

Ada yang menarik dalam sambutan pada acara press tour Airbus A400M Atlas di Lanud Halim Perdanakusuma, Senin (6/3/2017). Di ruang briefing, pihak Airbus Defence and Space (ADS) selaku penyelenggara menempatkan backdrop poster A400M yang sedang melakukan pendaratan di landasan pasir. Ini seolah ADS ingin mengambarkan kemampuan A400M dalam melakukan pendaratan dan tinggal lansas dari runway yang dipersiapkan secara darurat. Wing Commander Simon Boyle, selaku Komandan Skadron 70 Royal Air Force (RAF), dalam kata sambutannya juga menyebut bahwa salah satu keunggulan A400M terletak pada kemampuan landing gear-nya yang adaptif pada landasan berjarak pendek dan tidak beraspal.
Dan merujuk ke tahapan yang telah dijalani Airbus A400M, serankaian test tinggal landas dan mendarat di landas pacu tanpa aspal dilalui untuk mendapatkan sertifikasi. Seperti pada bulan Agustus 2016, bertempat di Woodbridge, Inggris, ADS yang menggunakan seri A400M MSN2 berhasil melakukan uji pendaratan dan tinggal landas di landasan pasir (sand runway) . A400M dengan empat mesin turbo propeller mampu melaksanakan taxiing maneuvers. Sebelum pelaksanaan uji coba di Woodbridge, secara khusus landasan telah dipersiapkan oleh personel Zeni dari British Army’s 23 Parachute Engineer Regiment.
Bagi pihak ADS, penggelaran landing strip berpasir di Woodbridge akan menjadi panduan teknis dalam penggeralan operasi A400M untuk seluruh operator. Meski berupa landasan pasir, kepadatan dan kekuatan tanah ikut diperhitungkan secara matang, seperti kombinasi bahan krikil dan tanah liat untuk mewujudkan permukaan landasan yang lembut bagi roda pesawat. Maklum yang bakal mendarat adalah pesawat dengan 12 roda berbobot 123 ton. Proses ini juga disebut sebagai low CBR (California Bearing Ratio) test. CBR test adalah engujian pada tanah yang dilakukan dengan cara pembebanan penetrasi tanah yang dilakukan dalam laboratorium ataupun di lapangan. Uji CBR ini berguna untuk membuat perencanaan ketebalan lapisan perkerasan. Metode ini digunakan untuk menentukan lapisan tambahan (overlay) serta perkerasan lentur (Flexible Pavement) suatu jalan. Dalam pengujian di landasan berpasir, A400M hanya membutuhkan panjang landasan 1.600 meter.
Beraksi di landasan rumput.
Sebelum proses uji di landasan berpasir, sebelumnya Airbus A400M juga telah melaksanakan uji coba tinggal landas dan mendarat di landasan rumput di Écury, Perancis pada tahun 2015. Bagi konsep gelaran pesawat angkut militer di Indonesia, kemampuan mendarat di landasan non aspal jelas menjadi poin penting dalam pertimbangan pengadaan pesawat angkut berat untuk TNI AU.

 (Haryo Adjie)
Sumber : http://www.indomiliter.com/

Penerbang F-5 Tiger Berhasil Lakukan Terbang Solo Pesawat Tempur Sukhoi Su-30MK2

Penerbang F-5 Tiger Berhasil Lakukan Terbang Solo 
Pesawat Tempur Sukhoi Su-30MK2


Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsma TNI Bowo Budiarto, S.E, menutup pendidikan Konversi pesawat Sukhoi Su-30MK2 angkatan ke-16, di Shelter Skadron Udara 11, Senin (27/2)
Empat penerbang tersebut adalah Mayor Pnb Reza Muryaji, Mayor Pnb M.Yunus, Mayor Pnb I Kadek Suta A. dan Mayor Pnb Apri Arfianto, yang merupakan siswa konversi pesawat Sukhoi angkatan ke-16 dan dinyatakan lulus terbang solo dengan pesawat tempur Sukhoi Su-30MK2.
Dalam upacara tersebut, Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsma TNI Bowo Budiarto, S.E. memberikan ucapan selamat kepada keempat penerbang dan menyampaikan bahwa dengan berakhirnya pendidikan konversi dan keberhasilan terbang solo ini merupakan langkah awal dalam pengembangan karier dan profesi seorang penerbang sebelum menuju tahap berikutnya.
Empat Penerbang Pesawat Tempur Sukhoi Su-30MK2
Empat Penerbang Pesawat Tempur Sukhoi Su-30MK2 

"Indonesia akan membeli pesawat tempur Sukhoi Su-35 guna memperkuat pertahanan wilayah udara NKRI, dimana kalian yang akan mengawaki pesawat tempur tersebut sehingga ilmu yang kalian peroleh dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan dan kepercayaan diri agar dapat menjalankan misi yang diemban", tambah Danlanud.
Komandan Lanud Sultan Hasanddin juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Komandan Skadron Udara 11 beserta jajarannya sehingga empat penerbang ini dapat mencapai keberhasilan terbang solo.
Upacara tradisi ini juga dihadiri Komandan Wing 5, para Kepala Dinas, Komandan Satuan jajaran Lanud Sultan Hasanuddin, para pejabat staf dan undangan lainnya. Pelaksanaan upacara dilanjutkan acara tradisi dengan pemecahan telur di atas kepala dan penyiraman air bunga.
Sumber:http://tni.mil.id/view-109890-4-penerbang-f-5-tiger-berhasil-terbang-solo-pesawat-tempur-sukhoi-su-30-mk2.html

TNI AU Dukung Kemandirian PT Dirgantara Indonesia

                                TNI AU Dukung Kemandirian PT Dirgantara Indonesia


Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengatakan sebagai institusi pengguna alutsista produk PT Dirgantara Indonesia (DI), TNI AU akan mendukung penuh kemandirian perusahaan milik pemerintah itu.
Hal itu dikatakan KSAU saat menerima kunjungan Direktur Utama PT DI, Budi Santoso, di Mabesau, Cilangkap, Jakarta, Selasa.


CN-295 TNI AU
CN-295 TNI AU 
Dalam kunjungan tersebut, KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto didampingi Asisten Operasi (Asops) Kasau Marsekal Muda (Marsda) TNI Barhim, Aslog Kasau Marsda TNI Yadi Husyadi, Asisten Perencanan dan Anggaran (Asrena) Kasau Marsekal Pertama (Marsma) TNI Fahru Zaini, Kadispenau Marsma TNI Jemi Trisonjaya, Kadisminpersau Marsma TNI Diah Yudanardi dan Kadisaeroau Kolonel Tek Dento Priyono. Sementara Dirut PT DI didampingi beberapa pejabat staf PT DI.
Dalam pertemuan ini, kedua pejabat juga membahas perkembangan proses produksi beberapa alutsista yang sedang dipesan TNI AU, seperti pesawat Casa CN-212i dan CN-295.
Mantan Irjen Kemhan ini menambahkan, untuk mempermudah komunikasi dan koordinasi antara TNI AU dan PT DI, dalam waktu dekat TNI AU akan mengirimkan atau menempatkan perwira TNI AU yang ahli di bidangnya sebagai kepanjangan tangan TNI AU di PT DI.
Dirut PT DI, Budi Santoso, mengatakan PT DI saat ini sedang fokus membangun pesawat CN-212i, pembuatan pesawat CN-212i sepenuhnya dikerjakan oleh tenaga-tenaga muda yang ahli dari tenaga kerja Indonesia, tidak menggunakan tenaga asing.
"PT DI akan memenuhi sesuai dengan permintaan dan keinginan dari TNI AU," kata Budi.
Sumber : http://www.antaranews.com/

TNI AU Kerahkan Pesawat Tempur Su-27/30 ke Tarakan

TNI AU Kerahkan Pesawat Tempur Su-27/30 ke Tarakan


Beberapa hari ke depan, langit di Tarakan dan sekitarnya kembali akan dihiasi dengan manuver-manuver dari pesawat tempur milik TNI Angkatan Udara (AU).
Kehadiran pesawat-pesawat canggih tersebut dalam rangka Latihan Hanudnas Kilat Bravo 2017 dan Latihan Cakra yang dipusatkan di Lapangan Udara (Lanud) Tarakan dan telah dimulai sejak kemarin (4/3).
Pesawat Tempur Su-27/30
Pesawat Tempur Su-27/30 

Sudah bersiap di apron Lanud Tarakan tiga unit pesawat Sukhoi jenis Su-27/30 lengkap dengan penerbang dari Satria Penjaga Langit Kosek Hanudnas II serta kru dan teknisinya yang tiba.
Beberapa alutsista lainnya juga dilibatkan dalam latihan ini. Di antaranya pesawat Boeing 737 milik TNI AU yang juga sudah tiba di Tarakan. Ada juga hanggar portable yang didirikan di sekitar apron Lanud Tarakan untuk mengantisipasi keadaan darurat.
Tidak hanya menggunakan alutsista canggih, latihan ini melibatkan satuan TNI AU lainnya, terutama yang berada di bawah Kosek Hanudnas II Makassar. Seperti Satuan Radar yang ada di Tarakan, Balikpapan, Bali, Kupang, Wamena dan sebagainya.
“Latihan ini adalah latihan yang dilaksanakan Kosek Kanudnas II untuk melatih atau menguji penerbang tempur strategis ini juga petugas CI (Controlled Interception). Selain menguji juga secara terkoordinasi dan terintegrasi untuk menjamin kesiapsiagaan kita dalam operasi pertahanan udara di sektor II,” jelas Panglima Kosek Hanudnas II Makassar Marsekal Pertama TNI Alfonsius Joko Takarianto di Lanud Tarakan, kemarin.
Dalam operasi ini, jenderal bintang satu ini menekankan pada kesiapan penerbangnya dalam mengantisipasi kontijensi di langit Indonesia. Seperti hadirnya pesawat asing yang terpantau oleh radar masuk di wilayah udara Indonesia.
Tidak hanya bagi penerbang, prajurit yang betugas sebagai CI juga diharapkan bisa cepat dalam memberikan informasi serta mengarahkan penerbang menuju sasaran sehingga kondisi kontijensi dapat segera diatasi.
Sementara itu, simulasi latihan kilat nanti seperti digambarkan Komandan Tempur Strategis Kosek Hanudnas II Letkol (Pen) David Ali Hamzah, diawali dengan munculnya pesawat asing yang masuk ke wilayah udara Indonesia.
Pesawat asing sendiri nantinya akan diperagakan oleh Boeing 737 milik TNI AU. Penerbang yang sudah siap di lapangan udara langsung menuju sasaran untuk melakukan identifikasi pesawat asing sambil menunggu perintah dari komandan tertinggi.
“Yang distandarkan adalah bagaimana action kita mulai dari menerima perintah sampai menuju sasaran. Begitu skema perintah handle, saat itu kita menuju pesawat dan siapin pesawat kira-kira 4-5 menit. Tapi untuk force down atau yang lain sifatnya pengusiran, penghancuran, tergantung perintah panglima,” paparnya Ali Hamzah.
Jika yang muncul hanya pesawat komersil atau pesawat sipil, kemungkinan dilakukan force down atau memaksa untuk turun ke lapangan udara TNI AU terdekat. Namun, jika yang muncul adalah pesawat tempur bisa jadi diusir atau dihancurkan. Namun, semua menunggu instruksi dari panglima.
Sementara itu, Komandan Lanud Tarakan Kolonel (Pen) Umar Fathurrohman mengungkapkan bahwa keterlibatan pihaknya dalam kegiatan ini untuk memfasilitasi selama latihan. Termasuk menyiapkan lapangan udara dan apron tempat pesawat tempur yang mendarat.
“Saya sebagai komandan Lanud di sini mendukung kegiatan dalam arti membantu kesiapan dan sebagainya. Nanti ada latihan force down-nya, justru penerbang kita tidak kita kasih tahu, nanti pimpinanya,” ujarnya.
Sumber : http://bulungan.prokal.co/

Airbus A400M RAF “Open Cockpit” di Lanud Halim

Airbus A400M RAF “Open Cockpit” di Lanud Halim 

Setelah menjelajah lebih dari separuh putaran Bumi, pesawat angkut berat Airbus A400M milik Angkatan Udara Kerajaan Inggris (Royal Air Force) resmi mendarat di Lanud Halim Perdanakusuma pada hari Minggu (5/3/2017) sekitar pukul 14.00 WIB. Dan sehari sesudahnya, pesawat yang tiba dari Australia ini mengundang media nasional untuk melihat dari dekat sosok pesawat bermesin empat yang kondang berkat tampil dalam film Mission Impossible 5 “Rogue Nation.”



Airbus A400M RAF
Airbus A400M RAF 

Kedatangan Airbus A400M Atlas ke Indonesia dalam rangka untuk ‘lebih’ memperkenalkan pesawat yang telah dipilih oleh Kemhan sebagai pesawat angkut berat generasi lanjut untuk TNI AU. Mengambil lokasi di apron Lanud Halim Perdanakusuma, pihak Airbus Defence and Space (ADS) mengundang petinggi TNI AU dan pemangku kebijakan pertahanan, seperti KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, Deputi Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno, dan Sekjen Kemhan Laksdya TNI Widodo. Secara khusus, menyambut alutsista asal Inggris, hadir pula Dubes Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik dan Atase Pertahanan Kedubes Inggris di Indonesia Kolonel Adrian Campbell yang memberikan sambutan kepada media sebelum acara press tour.
Tentang sosok Airbus A400M sendiri sudah banyak diulas dalam artikel-artikel terdahulu, dan dalam press tour selama satu jam, kami dipersilahkan melihat langsung kokpit dan ruang kargo, meski saat di dalam pesawat tidak diperkenankan untuk merekam video. Airbus A400M RAF yang bertandang kali ini mempunyai nomer ZM401, dari penelurusan penulis, ZM401 adalah pesawat keenam yang dterima RAF dari 12 unit A400M yang kini telah dioperasikan RAF. Kementerian Pertahanan Inggris secara keseluruhan memesan 22 unit A400M, yang kesemunya akan tuntas dikirim pada tahun 2019.
Sebelum tiba di Indonesia, Airbus A400M RAF terlebih dahulu ikut meramaikan Pameran Dirgantara Avalon 2017 di Geelong, Australia (28 Februari - 5 Maret). Berdasarkan penuturan awak pesawat, rute keliling dunia ZM401 dimulai dari Inggris - Amerika Serikat - Selandia Baru - Australia dan Indonesia. Setelah dari Indonesia, pesawat dengan teknologi fly by wire dan glass cockpit ini akan melanjutkan penerbangannya ke Malaysia - Maladewa - Dubai - Siprus, dan akhirnya kembali ke Inggris. Airbus A400M ZM401 terbang perdana pada 23 Oktober 2014, dan resmi diserahterimakan ke RAF pada 5 Februari 2016.
Airbus A400M yang diproduksi di basis manufaktur ADS di Sevilla, Spanyol, sampai saat ini telah beroperasi sebanyak 39 unit, dan secara keseluruhan total pesanan Airbus A400M mencapai 174 unit. Selain Inggris, pengguna pesawat bermesin 4x Europrop TP400-D6 ini adalah Jerman, Perancis, Spanyol, Turki, Belgia, Luxembourg, dan Malaysia. Sampai saat ini, sudah tiga kali A400 mampir ke Indonesia, pertama pada tahun 2012, dan kedua hadir secara tak resmi saat mendampingi dua jet tempur Rafale AU Perancis pada 23 Maret 2015.
A400M melakukan penerbangan perdana pada 11 Desember 2009. Pesawat produksi pertamanya diserahkan kepada Angkatan Udara Perancis pada Agustus 2013 dan mulai bertugas satu tahun kemudian. A400M telah digunakan oleh Angkatan Udara Perancis dan Turki untuk operasi di Afganistan, Republik Afrika Tengah, wilayah Sahel di Afrika, Mali, dan di Timur Tengah untuk mendukung operasi udara di wilayah Irak dan Suriah. (Haryo Adjie)
Sumber : http://www.indomiliter.com/

Team TNI AU Siap Beraksi Kembali di Ajang LIMA 2017 Malaysia

Team TNI AU Siap Beraksi Kembali di Ajang LIMA 2017 Malaysia

Tim aerobatik TNI AU, The Jupiters sedang bersiap untuk beraksi di ajang Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition (LIMA) 2017 di Malaysia pada 15-28 Maret 2017. Para anggota Jupiter Aerobatic Team (JAT) memulai latihannya di Lanud Adisutjipto Yogyakarta.

"Untuk menghadapi event LIMA di Malaysia tahun ini, formasi The Jupiters mengalami regenerasi," ujar Kapentak Lanud Adisutjipto Mayor Sus Giyanto dalam keterangan tertulisnya kepada detikcom, Minggu (5/3/2017).



Jupiters Aerobatic Team TNI AU
Jupiters Aerobatic Team TNI AU 
Flight Leader kali ini ada di tangan Letkol Pnb HM Kisha "Razhor" yang juga menjabat sebagai Danskandik 102. Sedangkan di posisi Right Wingman ada Kapten Pnb Idam "Godham" Satria dan posisi Left Wingman yakni Kapten Pnb Ferdinan "Corbie" Habibi.

"Lead Synchro juga masih dibesut oleh Mayor Marcell "Liger" dan Mayor Pnb Frando " Fennex" Marpaung sebagai Synchro. Sedangkan posisi Slot Kapt Pnb Oliv "Cyborg"," imbuhnya.
Giyanto menyebut para member tersebut merupakan perpaduan member baru dan member lama yang nantinya siap memasuki proses regenerasi.

"Dengan akan tampilnya The Jupiters di Langkawi ini, maka JAT mulai melaksanakan persiapan dan latihan rutin di atas langit Lanud Adisutjipto, Yogjakarta dan sekitarnya," kata Giyanto.
Latihan yang dijalani The Jupiters selama ini adalah untuk memantapkan semua formasi. Terdapat 18 formasi yang dipersiapkan dengan melatih kerja sama gerakan dan pasangan.

"Tetap dengan menampilkan kekuatan udara yang kuat melalui sebuah pertunjukan aerobatik yang menampilkan enam pesawat KT-1B dengan warna patriotik Indonesia, Merah Putih, para member tersebut merupakan duta negara, sehingga bangga untuk mengharumkan nama bangsa," tutupGiyanto.
Sumber : https://news.detik.com/

KSAU Kunjungi A400M di Lanud Halim

KSAU  Kunjungi A400M di Lanud Halim


Sebuah pesawat angkut militer A400M Atlas milik Angkatan Udara Inggris (Royal Air Force - RAF) tiba di Lanud Halim Perdanakusuma dan diperkenalkan kepada media, Senin (6/3/2017). Kedatangan pesawat adalah dalam rangka kunjungan singkat sekaligus pengenalan pesawat produk Airbus Defence and Space yang dioperasikan oleh RAF.
Pesawat milik Skadron 70 RAF di bawah pimpinan Komandan Skadron 70 RAF, Wing Commander (Letnan Kolonel) Simon Boyle ini melakukan penerbangan dari Inggris ke Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Indonesia, Malaysia, Maladewa, Dupai, Siprus, dan kembali lagi ke Inggris.
Boyle dalam keterangannya kepada media menyatakan, Skadron 70 merupakan yang pertama mengoperasikan A400M di jajaran RAF sejak dua tahun lalu. AU Inggris saat ini mengoperasikan 14 A400M dan jumlahnya akan terus meningkat menjadi 22 unit. Dalam operasionalnya di RAF, A400M telah mengumpulkan 5.000 jam terbang.
Pesawat Angkut Militer A400M Atlas
Pesawat Angkut Militer A400M Atlas 

Penerbangan dengan rute jauh termasuk ke Indonesia kali ini, lanjut Boyle, juga dalam rangka meningkatkan kemitraan RAF dengan Angkatan Udara negara-negara di kawasan sekaligus membuka peluang bagi mereka yang berminat.
Boyle menyatakan, pengoperasian A400M oleh RAF telah memberikan banyak keuntungan. Di antaranya kemampuan terbang jelajah A400M yang jauh, kemampuan membawa muatan yang banyak, dan kemampuan taktis pesawat ini seperti terbang rendah, mengedrop barang, dan lepas landas/mendarat di landasan pendek.
“Bagi RAF, mengoperasikan 22 pesawat A400M nantinya akan memberikan keuntungan yang banyak karena keunggulan dari performa pesawat ini. Kami akan terus bekerja sama dengan partner kami para pengguna pesawat ini di Eropa, Malaysia, dan juga Airbus Defence and Space untuk menjadikan pesawat ini sebagai pesawat angkut taktis yang sangat baik,” jelas Boyle.
Kunjungan A400M ke Indonesia merupakan yang kedua kali. Tahun 2012 pesawat serupa yang masih dioperasikan dan diuji oleh pabriknya singgah di Lanud Halim Perdanakusuma. Saat itu sejumlah media berkesempatan merasakan joy flight dengan pesawat ini.
A400M terbang perdana pada 11 Desember 2009. Pesawat produksi pertama diserahkan pihak pabrikan kepada AU Perancis pada Agustus 2013 dan mulai berdinas setahuh kemudian. A400M telah digunakan oleh AU Perancis dan AU Turki untuk operasi di Afghanistan, Republik Afrika Tengah, wilayah Sahel di Afrika, Mali, dan di Timur Tengah untuk mendukung operasi udara di Irak dan Suriah. Sebanyak 40 unit A400M telah diproduksi hingga saat ini dan 22 unit untuk RAF akan selesai diterima tahun 2019. Negara lain yang menggunakan pesawat ini adalah Jerman, Belgia, Luksemburg, dan Spanyol.
KSAU dan Sekjen Kemhan Kunjungi A400M di Lanud Halim
Pesawat angkut militer A400M buatan Airbus Defence and Space yang dioperasikan oleh AU Inggris (RAF) dan tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Senin (6/3/2017), dikunjungi oleh KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Sekjen Kementerian Pertahanan Laksdya TNI Widodo serta pejabat lainnya.
Pada kunjungan kedua A400M ke Indonesia tersebut, Duta Besar Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik turut menyambut dan mendampingi KSAU serta pejabat lainnya.
“Saya sangat senang menyambut pesawat milik RAF ini di Jakarta. Desainnya yang inovatif adalah hasil dari teknologi serta keahlian termutakhir yang ada saat ini. Pesawat ini memiliki kemampuan yang paling multifungsi dibanding dengan pesawat lain yang ada di kelasnya; tapi pada saat bersamaan, A400M menawarkan efektivitas biaya yang tak tertandingi. Saya bangga riset, inovasi, dan keahlian terdepan dari Inggris telah berkontribusi pada pengembangan pesawat yang luar biasa ini,” ujar Moazzam Malik sebagaimana rilis dari Airbus yang dikirimkan kepada media termasuk Angkasa.
Sementara itu, Presiden Asia Pacific Airbus Pierre Jaffre mengatakan, “Airbus telah berkunjung ke Jakarta di tahun 2012 dengan A400M dan kami senang bisa kembali lagi lima tahun kemudian bersama salah satu pelanggan utama kami, RAF.”
Dikatakan lebih lanjut, kunjungan ini memberikan Indonesia kesempatan untuk mendapatkan pemahaman langsung mengenai operasional A400M yang bertugas dengan RAF.
A400M merupakan pesawat angkut yang paling canggih yang ada saat ini, sempurna untuk kebutuhan di kawasan ini serta lebih hemat biaya dibandingkan dengan pesawat lain yang ada sekarang. “Dengan kemampuan militer dan misi kemanusiannya, A400M adalah pilihan yang tepat untuk Angkatan Udara modern dan kami berharap A400M bisa terbang dengan warna Indonesia di masa mendatang,” tambah Jaffre.
A400M bersertifikasi untuk menggunakan landasan pacu kecil yang tidak beraspal, dapat pula membawa beban besar dan berat pada misi bencana kemanusiaan serta membawa muatan tersebut langsung ke titik kebutuhan. A400M juga telah membuktikan kemampuannya dalam operasi di iklim yang panas dan lembab. Demikian dijelaskan dalam rilis Airbus tersebut. Roni Sontani
Sumber : http://angkasa.co.id/

Dua Sistem Pemandu Pada Rudal Arhanud TNI

Dua Sistem Pemandu Pada Rudal Arhanud TNI

Karena punya fungsi untuk mengejar dan menghancurkan pesawat tempur, maka tak heran bila rudal hanud (pertahanan udara) diciptakan untuk melesat dengan kecepatan supersonic, sebagian dari Anda mungkin sudah mahfum dengan nama-nama rudal hanud, terlebih dengan yang telah dioperasikan oleh TNI. Dan untuk lebih mengenal tentang rudal hanud, pada artikel kali ini kami kupas tentang dua mahzab sistem pemandu yang berlaku dalam dunia rudal hanud. Masing-masing punya karakter dan keunggulan tersendiri, bergantung pada situasi, kondisi, dan jenis sasaran yang dihadapi.
Rudal Mistral besutan MBDA
Rudal Mistral besutan MBDA 

Bo Almqvist, Vice President, Strategic Business Project Dynamics Saab India, dalam suatu kesempatan di Aero India 2017 menyebutkan, bahwa pada prinsipinya ada dua platform sistem pemandu (guidance) yang digunakan dalam rudal hanud. Pertama adalah radar atau IR (Infra Red) homing missiles, dan Kedua adalah Command to Line of Sight Systems. Rudal dengan pemandu radar atau IR (Infra Red) homing missiles, jamak ditemui pada rudal hanud jarak dekat dan sebagian besar rudal MANPADS (Man Portable Air Defence System). Disini dicirikan penempatan sensor pemandu berada pada bagian depan rudal. Rudal dengan jenis ini pun sudah digunakan TNI sejak beberapa tahun, diantaranya rudal Mistral besutan MBDA, rudal QW-3 produksi China Aerospace Science and Industry Corporation (CASIC), dan rudal Chiron lansiran LIG Nex1 yang digunakan Denhanud Paskhas TNI AU.
Sementara yang kedua, sistem pemandu dengan Command to Line of Sight Systems, dicirikan penempatan sensor pemandu berada pada bagian belakang rudal. Rudal jenis ini pun sudah bukan sesuatu yang asing bagi TNI, seperti Arhanud TNI AD yang mengoperasikan rudal VSHORAD (Very Short Air Defence System) RBS-70 MK2 produksi Saab, rudal ini tidak bersifat fire and forget, melainkan bekerja dengan cara dipandu (diarahkan) lewat teknologi laser ke sasaran yang dikehendaki. Masih dari perusahaan yang sama, rudah hanud BAMSE (Bofors Advanced Missile System Evaluation) yang juga sempat ditawarkan ke Indonesia, juga mengadopsi pemandu Fire Control Radar (FCR) Automatic Command to Line Of Sight (ACLOS). Bedanya bila RBS-70 adalah VSHORAD dengan jarak tembak maksimum 8 km, sedangkan BAMSE bisa menghajar sasaran hingga jarak 25 km.
Lantas bagaimana dengan nama-nama rudal lainnya yang tak kalah sangar, seperti S-300, Sky Dragon 50, dan NASAMS, menggunakan sistem pemandu yang manakah mereka? Dan bila ditelaah dari cara kerjanya, maka kecenderungannya mengarah pada sistem pemandu jenis pertama. Lantas apa yang menjadi keunggulan sistem pemandu jenis kedua, yakni Command to Line of Sight Systems. Bo Almqvist menyebut bahwa opsi yang dipilih Saab pada jenis pemandu tersebut karena dianggap lebih tahan terhadap jamming, kemudian ada kemampuan self destruction, dan presisi yang lebih tinggi pada pengenaan sasaran.
Dalam pemahanan di dunia rudal hanud bisa ditekankan, bahwa pada sistem pemandu radar atau IR (Infra Red) homing missiles, main intelligent system berada pada rudal. Sebaliknya pada sistem pemandu Command to Line of Sight Systems, main intelligent system berada di ground system (pada pengendali di darat). Yang jelas diantara kedua sistem pemandu punya keunggulan tersendiri, maka tak heran bila pihak user, seperti Arhanud TNI AD mengadopsi dua sistem pemandu pada arsenal rudal hanud yang dimiliki saat ini. (Haryo Adjie)
Sumber : http://www.indomiliter.com/

Kepala staf berjanji membeli Pesawat Tempur Lebih Canggih

Kepala staf berjanji membeli Pesawat Tempur Lebih Canggih


Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya Hadi Tjahjanto menjanjikan pesawat tempur pengganti F-5 Tiger milik Skadron 14 Lanud Iswahyudi yang di-grounded sejak Juni 2016, akan memiliki teknologi yang lebih canggih dan mampu menjaga wilayah udara Indonesia.
"Pesawat yang kita minta pesawat yang canggih. Pesawat yang mampu menjaga dirgantara Indonesia. Dan membuat pesawat menjadi bagian yang ditakuti bagi siapa saja yang melanggar masuk ke wilayah Indonesia," ujar Hadi saat mengunjungi Lanud Skadron 14 Lanud Iswahyudi Magetan, Jawa Timur, Jumat (3/3/2017) siang.
F-5 Tiger TNI AU
F-5 Tiger TNI AU 

Kunjungan Hadi ke Lanud Iswahyudi Magetan merupakan kunjungan pertamanya ke lanud itu setelah dilantik menjadi KSAU Januari lalu.
Selain Skadron 14, Hadi juga mengunjungi Skadron 15 dan Skadron 3 di Lanud Iswahyudi. Hadi mengatakan, saat ini pemerintah sedang memesan pesawat tempur pengganti F-5 Tiger untuk Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi. Hanya saja, Hadi meminta kru Skadron 14 bersabar karena pengadaan pesawat tempur memakan waktu yang lama.
Pesan pesawat itu tidak bisa hitungan satu atau dua tahun. Tapi pembuatannya bisa mencapai empat tahun," kata Hadi.
Sambil menunggu pesawat tempur baru selesai dikerjakan, Hadi meminta penerbang dan kru mengasah pengetahuan terhadap pesawat baru yang akan dibeli. Selain itu, penerbang dan kru dapat mengikuti kursus bahasa asal tempat pesawat itu lahir.
"Kondisi ini tentu menjadi keuntungan karena kita punya banyak waktu untuk mempelajari pesawat yang akan kita beli. Penerbang akan diikutkan kursus bahasa, tempat pesawat itu lahir. Selain itu juga persenjataan yang akan digunakan," ucap Hadi.
Untuk jenis pesawat tempur pengganti F-5 Tiger, Hadi menyebutkan sudah memberikan spesifikasinya kepada Kementerian Pertahanan selaku pihak yang membeli pesawat. Ia menjamin pesawat yang dibeli nanti tidak kalah hebat dengan pesawat tempur Sukhoi.
Sumber : http://www.kompas.com/

Skadron Udara 32 Abdulrachman Saleh dapat Tambahan Empat Pesawat C-130H Hercules

Skadron Udara 32 Abdulrachman Saleh dapat Tambahan Empat Pesawat C-130H Hercules


Skadron Udara 32 yang bermarkas di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh (Lanud Abd Saleh), Kabupaten Malang, Jawa Timur akan mendapat tambahan 4 (empat) pesawat C-130H Hercules.
"Skadron 32 akan ada penambahan pesawat Hercules dari Australia, ada kurang lebih 4 unit yang akan datang," kata Marsekal Hadi Tjahjanto SIP, Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Jumat, 3/3/2017 di Lanud Abd Saleh.

Pesawat C-130H Hercules
Pesawat C-130H Hercules 
Penambahan pesawat Hercules ini merupakan upaya untuk memperkuat alat utama sistem pertahanan (alutsista) Indonesia. Skadron 32 adalah Skadron Angkut Berat di bawah kendali Wing Udara 2.
Sementara itu, Marsekal Hadi menyampaikan, alutsista Skadron 21 masih dalam kondisi pemeliharaan. Untuk diketahui, Skadron 21 bertugas menyiapkan dan mengoperasikan pesawat tempur taktis untuk operasi lawan udara ofensif dan operasi dukungan udara. Skadron 21 juga bermarkas di Lanud Abd Saleh.
Pria kelahiran Malang ini menambahkan, sesuai Rencana Strategis (Renstra) sampai 2019, Skadron Udara 4 akan ditambah dengan 9 pesawat Cassa 212i (Indonesia). Skadron Udara 4 adalah satuan udara angkut ringan yang berada di bawah jajaran Wing Udara 2 dan bermarkas di Lanud Abd Saleh.
Sumber : http://m.timesindonesia.co.id/

Tingkatkan Kemampuan Pesawat Tempur T-50i Golden Eagle

                               Tingkatkan Kemampuan Pesawat Tempur T-50i Golden Eagle

Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menyatakan bahwa TNI AU akan segera melakukan "upgrade" atau peningkatan kecanggihan terhadap pesawat tempur T-50i Golden Eagle untuk memaksimalkan tugas pengamanan udara NKRI.
"Kita akan upgrade T-50i dalam waktu dekat. Hal itu karena masih ada beberapa kekurangan dalam pesawat tempur tersebut," ujar Marsekal TNI Hadi Tjahjanto saat melakukan kunjungan kerja di Lanud Iwahjudi Magetan, Jumat.
Menurut dia kekurangan yang dialami oleh pesawat tempur yang bermarkas di Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi Magetan tersebut terdapat pada sistem radar.

Pesawat Tempur T-50i Golden Eagle
Pesawat Tempur T-50i Golden Eagle
"Selain itu, kami juga akan melengkapi pesenjataan yang ada pada pesawat tempur tersebut sehingga dapat lebih mendukung tugas pengamanan udara NKRI," kata dia.
Ia menjelaskan peningkatan kecanggihan pesawat T-50i Golden Eagle sangat penting mengingat wilayah NKRI sangat luas.
"Sehingga dalam pertengahan Rencana Strategis (Resntra) Tahap II tahun 2015-2019, pesawat tempur tersebut dapat melakukan tugas operasi seperti patroli dan pengamanan di wilayah Papua dan wilayah Indonesai Timur lainnya dengan lebih baik," terang Hadi.
Sesuai data, dari total 16 unit T-50i Golden Eagle, kini hanya 15 unit T-50i yang dioperasikan TNI AU dan bermarkas di Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi Magetan.
Sedangkan satu unit lainnya mengalami "total lost" pada kecelakaan saat pertunjukan aerobatik di Lanud Adisutjipto Yogyakarta pada akhir tahun 2015.
Sementara, dalam kunjungan kerjanya ke Lanud Iswahjudi Magetan, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dengan didampingi oleh Komandan Lanud Iswahjudi Magetan Marsma TNI Andyawan meninjau Skadron Udara 14 dan melakukan dialog dengan para anggota TNI AU setempat.
Adapun, kunjungan kerja ke Lanud Iswahjudi Magetan tersebut merupakan kunjungan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto yang pertama setelah dilantik oleh Presiden Joko Widodo menjadi KSAU pada 18 Januari 2017.
Sumber : http://megapolitan.antaranews.com/

Cerita Pesawat Jet Latih DH-115 Vampire di Tanah Air

Cerita Pesawat Jet Latih DH-115 Vampire di Tanah Air


Dalam rentang 67 tahun sejak terbentuk, TNI AU telah mengoperasikan tujuh generasi pesawat jet latih. Generasi pertama jet latih TNI AU dimulai dengan hadirnya pesawat de Havilland DH-115 Vampire buatan Inggris tahun 1955. Sebanyak empat unit pesawat ini tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada 3 Desember 1955 dalam keadaan terurai dan kemudian dirakit di Lanud Andir (Husein Sastranegara) yang disiapkan menjadi home base-nya.
Pesawat Jet Latih DH-115 Vampire
Pesawat Jet Latih DH-115 Vampire 

Sebelum pesawat tiba, TNI AU (saat itu sebutannya AURI) telah mengirimkan dua penerbangnya yakni Letnan Udara (LU) I Leo Watimena dan Kapten Udara Roesmin Noerjadin ke Royal Air Force (AU Inggris) di Little Risington dan South Corney. Keduanya menjalani pendidikan terbang dan instruktur selama beberapa bulan di sana.
TNI AU juga mengirimkan beberapa teknisi yang akan menangani pesawat pancar gas ini. Mereka adalah LU II Sarjono, LU II Kamarudin, dan Letnan Muda Udara (LMU) I Sutedjo. Para teknisi ini pula yang kemudian setelah mengikuti pendidikan di Inggris merakit Vampire di Lanud Husein Sastranegara dibantu oleh dua orang teknisi dari Inggris.
Pada tanggal 10 Januari 1956, empat unit pesawat Vampire datang lagi sehingga jumlahnya menjadi delapan unit.
Hadirnya pesawat-pesawat pancar gas dalam kekuatan TNI AU sekaligus menandai peningkatan alutsista udara AURI kala itu. Pesawat beregistrasi J-701 hingga J-708 ini semula dimasukkan ke dalam Kesatuan Pancar Gas (KPG) yang diresmikan langsung oleh KSAU Laksamana Muda Udara Suryadi Suryadarma tanggal 20 Februari 1956.
Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan KSAU: Skep/56/III/1957 pada tanggal 20 Maret 1957. KPG selanjutnya diubah menjadi Skadron XI dengan sebutan Skadron Jet Pelatih Tempur yang peresmiannya dilaksanakan tanggal 1 Juni 1957. LU I Leo Wattimena ditunjuk sebagai komandan skadron pertamanya.
Vampire TNI AU adalah versi T.55 atau varian ekspor dari T.11 yang digunakan AU Inggris dengan tempat duduk side by side. Pesawat ini tak bersenjata dan murni digunakan sebagai pesawat latih lanjut untuk mencetak calon penerbang tempur.
Vampire hanya bertahan selama tujuh tahun saja. Namun kehadirannya merupakan suatu lompatan hebat bagi TNI AU, karena di kala itu masih segelintir negara yang mengoperasikan pesawat jet latih. Kedelapan pesawat DH-115 ini akhirnya dijual ke India tahun 1963 akibat kekurangan suku cadang, dimana saat itu hubungan Indonesia dan Inggris mulai renggang akibat konflik serumpun antara Indonesia dan Malaysia.
Buku “Sejarah Angkatan Udara Indonesia 1950-1959” yang dikeluarkan Dispenau tahun 2005 menyebut, jumlah pesawat Vampire yang dimiliki TNI AU adalah 16 unit. Karena setelah pembelian delapan unit, AURI kemudian menambah lagi delapan unit Vampire sehingga total menjadi 16. Roni Sontani, Rangga Baswara & Setiyo Nugroho
Spesifikasi De Havilland DH-115 Vampire:
  • Awak: 2 orang
  • Panjang: 10,5 m
  • Rentang sayap: 11,5 m
  • Tinggi: 2 m
  • Berat Kosong: 3.304 kg
  • MToW: 5.620 kg
  • Mesin: Goblin 35 centrifugal turbojet, 14.90 kN
  • Kecepatan Maks.: 882 km/jam
  • Jarak Jangkau: 1.960 km
  • Ketinggian Terbang: 13.045 m

Sumber : http://angkasa.co.id/

KSAU minta F-5 Tiger II Diganti Pesawat Tempur Generasi 4,5

KSAU minta F-5 Tiger II Diganti Pesawat Tempur Generasi 4,5


Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan pihaknya telah mengajukan pesawat tempur generasi 4,5 sebagai pengganti pesawat F-5 Tiger II di Skadron Udara 14 Pangkalan Udara Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur.
Menurut dia, pesawat generasi 4,5 memiliki kelebihan pada mesinnya yang tidak perlu diganti dalam jangka panjang. Selain itu, pesawat mampu mengangkat beban seperti senjata dan bahan bakar dalam jarak jauh. Karena itu, dianggap cocok untuk Indonesia yang memiliki wilayah luas.
"Angkatan Udara memberikan spesifikasinya saja. Untuk tipenya, kewenangan Menteri Pertahanan," kata Hadi di sela kunjungan ke Lanud Iswahjudi, Jumat, 3 Maret 2017.
Spesifikasi Sukhoi SU-35
Spesifikasi Sukhoi SU-35 

Hadi berharap permintaan pesawat pengganti termasuk peralatan pendukungnya segera terealisasi. Sebab, pesawat lama sudah tidak terbang hampir setahun ini. Selain itu, penggantian F-5 sudah masuk rencana strategis tahap II pada tahun 2015 - 2019. “Pesawat generasi 4,5 tidak kalah dengan pesawat milik negara tetangga,’’ ujar dia kepada sejumlah wartawan.
Selain ingin mengganti pesawat F-5, pihak TNI AU telah mengajukan pembaharuan pesawat T50i Golden Eagle di Skadron 15 Lanud Iswahjudi. Menurut Hadi, pembaharuan dibutuhkan karena pesawat T50i memiliki sejumlah kekurangan di antaranya pada bagian radarnya.
"Apabila pesawat T50i sudah bisa terbang, operasi pengamanan wilayah udara di Papua dan daerah timur (Indonesia) bisa dilaksanakan," tuturnya.
Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud Iswahjudi, Letnan Kolonel Sus Ninuk Herlina mengatakan kunjungan Hadi Tjahjanto ke Magetan untuk mengecek kondisi pesawat tempur di lanud tersebut. Selain itu juga memberikan motivasi kepada para anggota TNI AU.
“Melihat kesiapan alutsista (alat utama sistem persenjataan) yang menjadi tanggungjawabnya. Apalagi, Pak Presiden memberikan perhatian terhadap pertahanan di daerah - daerah perbatasan yang rawan,’’ kata Ninuk.
Sumber : https://nasional.tempo.co/

Pesawat Tempur F-5 Tiger II TNI AU Ngandang

Pesawat Tempur F-5 Tiger II TNI AU Ngandang


Penerbang/pilot di Skadron Udara 14 Landasan Udara (Lanud) Iswahjudi Magetan dipastikan selama empat tahun tidak akan menerbagkan pesawat.
Pasalnya, saat ini pesawat F-5E/F Tiger II yang ada di Skadron Udara 14 grounded atau dikandangkan. "Pesawat memang dikandangkan karena masalah satu dan lain hal," kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Madya Hadi Tjahjanto.
Namun demikian, lanjut dia, anggota tak perlu khwatir. Saat ini pemerintah sedang memesan pesawat untuk Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi. Namun, pembuatan pesawat tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu hingga empat tahun.

Pesawat Tempur F-5 Tiger II TNI AU
Pesawat Tempur F-5 Tiger II TNI AU 
"Pesan pesawat itu tidak bisa hitungan satu atau dua tahun. Tapi pembuatannya bisa mencapai empat tahun," kata KSAU Marsekal Madya Hadi Tjahjanto saat mengunjungi Lanud Iswahjudi Magetan, Jumat (3/3/2017).
Hadi menuturkan pesawat yang dipesan pemerintah untuk Skadron Udara 14 lebih canggih. Diharapkan akan bisa menjaga dirgantara Indonesia. Selain itu, pesawat baru itu bisa menjadi kekuatan baru sehingga siapa saja yang melanggar aturan kewilayahan negara akan takut.
"Tentu ini menjadi keuntungan kita karena punya banyak waktu untuk mempelajari pesawat yang akan kita beli. Penerbang akan diikutkan kursus bahasa, tempat pesawat itu lahir. Selain itu juga persenjataan yang akan digunakan. Kita punya banyak waktu untuk mempelajari hal itu," jelas dia.
Lebih lanjut, Hadi meminta kepada penerbang di Skadron Udara 14 untuk lebih bersemangat sambil menunggu alutsista yang baru.
Sumber : http://beritajatim.com/

Operasi Pengamanan Wilayah Perbatasan, 3 Sukhoi Su-27/30 TNI AU Terbang Rendah di NTT

 Sukhoi Su-27/30 TNI AU
 Sukhoi Su-27/30 TNI AU 

Sebanyak tiga pesawat tempur jenis Sukhoi terbang rendah di wilayah perairan Nusa Tenggara Timur dalam rangka menggelar operasi pengamanan wilayah perbatasan, khususnya bagian utara.
"Ini merupakan bagian dari operasi pengamanan wilayah perbatasan dengan Australia, dan merupakan operasi yang digelar oleh Komando Operasi Angkatan Udara II Makassar," kata Komandan Lanud El Tari Kupang Kolonel Pnb Jorry S. Koloay saat dikonfirmasi di Kupang, Rabu (1/3/2017).
Ia mengatakan, kegiatan terserbut antara lain dalam rangka penghadiran kekuatan pasukan TNI AU di wilayah timur, khususnya wilayah udara yang berbatasan dengan dua negara, yakni Timor Leste dan Australia.
Wilayah patroli atau latihan bersama itu, dilakukan hingga perbatasan laut Australia, kemudian ke wilayah Alor yang berbatasan dengan Timor Leste.
"Jadi ini hanya latihan saja. Tidak ada masalah lain. Sebab memang NTT merupakan daerah perbatasan dengan Timor Leste dan Australia," tuturnya.
Ia juga mengatakan, operasi tersebut juga dilakukan dalam rangka pengamanan kedatangan Raja Arab Saudi Salman yang akan berkunjung ke Indonesia dan dijadwalkan akan tiba di Indonesia, Rabu siang.
"Memang ada permintaan dari Bali juga untuk bantuan pengamanan di wilayah Indonesia timur saat Raja Salman ke Indonesia, khususnya ke Bali," tuturnya.
Namun, katanya, hal paling penting adalah melakukan pengamanan sekaligus patroli di wilayah udara bagian selatan Indonesia timur.
"Walaupun pesawat-pesawat tempur itu tidak stay permanen di Kupang, tetapi setidaknya bisa memberikan daya tangkal untuk negara tetangga," tuturnya.
Usai latihan tersebut, sejumlah pesawat tempur akan ditempatkan di hangar Lanud El Tari Kupang dan akan dibuka untuk umum agar masyarakat bisa melihatnya.
"Besok nanti pesawat-pesawat itu akan dipamerkan ke masyarakat Kota Kupang, dan buka sejak pukul 12.00-15.00 Wita. Nanti Pak Gubernur dan forkompimda lainya juga akan hadir," ujarnya.
Sumber : http://www.antaranews.com/

Tujuh Generasi Jet Latih TNI Angkatan Udara

Tujuh Generasi Jet Latih TNI Angkatan Udara


Datangnya pesawat jet latih T-50i Golden Eagle mengisi jajaran alutsista TNI AU memberikan harapan baru dalam upaya pembangunan kekuatan dirgantara nasional. Pesawat Lead in Fighter Trainer (LIFT) generasi terbaru ini diharapkan menjadi jenjang untuk meningkatkan kapabilitas para penerbang tempur TNI AU di masa sekarang dan mendatang.
T-50i merupakan jenis jet latih ketujuh yang dioperasikan TNI AU setelah de Haviland Vampire, MiG-15 UTI, L-29 Dolphin, T-33A T-Bird, Hawk Mk.53, dan Hawk 109. Berikut selayang pandang tujuh jet latih TNI AU dan perjalanan panjang penantian T-50.
Hawk 109 TNI AU
Hawk 109 TNI AU 

HUT TNI ke-68 pada 5 Oktober 2013 ditandai kado istimewa dengan telah berdatangannya beberapa alutsista baru melengkapi kekuatan TNI AD, TNI AL, dan TNI AU. Upaya pemerintah menggelontorkan anggaran untuk memperkuat alutsista yang dibutuhkan ketiga matra TNI ini patut diberi acungan jempol dan dukungan. Bagaimana pun Tentara Nasional Indonesia membutuhkan alutsista-alutsista yang sesuai dengan perkembangan zaman, selain pengembangan sumber daya manusia yang harus terus ditingkatkan.
Khusus TNI AU, datangnya pesawat EMB-314 Super Tucano yang menggantikan OV-10F Bronco di Skadron Udara 21, lalu CN-295 yang menggantikan Fokker 27 di Skadron Udara 2, pesawat Latih Dasar Grob G 120TP-A yang akan menggantikan pesawat AS-202 Bravo dan T-34C Turbo Mentor di Skadron Pendidikan 101, merupakan bagian dari pesawat-pesawat baru yang dibeli Indonesia dan telah datang secara bertahap.
Selain itu penambahan pesawat tempur Su-27SKM dan Su-30MK2 sehingga Skadron Udara 11 genap memiliki 16 unit Su-27/30 berikut persenjataan lengkapnya, menjadikan Skadron Udara 11 makin bergigi dan diperhitungkan negara-negara tetangga.
Sementara rencana penambahan sembilan pesawat C-130H Hercules bekas pakai AU Australia untuk persiapan Skadron Udara 33 di Makassar diharapkan makin menambah kekuatan unsur pesawat angkut di wilayah Timur. Pesawat tersebut juga akan memenuhi kebutuhan dukungan pergerakan pesawat tempur, personel, maupun logistik latihan, masih ditunggu proses realisasinya.
Demikian juga dengan pembelian helikopter EC725 Super Cougar yang akan dibuat oleh PT Dirgantara Indonesia akan meningkatkan kekuatan skadron sayap putar.
Sedangkan pembelian 24 F-16C Block 32+ (Block 52ID) yang dijadwalkan mulai mengisi Skadron Udara 16 di Pekanbaru tahun depan, akan melengkapi kekuatan tempur di wilayah Barat dan Tengah yang saat ini ditopang oleh dua skadron pesawat Hawk 109/209, yakni Skadron Udara 12 di Pekanbaru dan Skadron Udara 1 di Pontianak.
Di wilayah Barat, TNI AU juga sedang mempersiapkan skadron intai baru yang akan diisi oleh pesawat CN-235-200 MPA buatan PT Dirgantara Indonesia.
Dalam rencana ke depan, TNI AU juga akan mengganti pesawat F-5 Tiger II Skadron Udara 14. Beberapa pesawat sedang dalam tahap penjajakan pengkajian sehingga diharapkan nantinya didapatkan pesawat pengganti yang sesuai dan kapabilitasnya tinggi. Sementara pesawat tempur IFX yang dikerjasamakan produksinya dengan Korea Selatan, masih menunggu kelanjutan prosesnya terkait kebijakan pemerintahan baru di negeri itu. Roni Sontani, Rangga Baswara & Setiyo Nugroho
Sumber : http://angkasa.co.id/

Gesitnya Grob G 120TP Bikin TNI AU Kepincut

Gesitnya Grob G 120TP Bikin TNI AU Kepincut


Pesawat latih dasar pabrikan Jerman, Grob G 120TP dengan sertifikasi EASA CS 23 Amendment 1 merupakan pengembangan lebih lanjut seri Grob G 120 bermesin piston dengan tiga bilah baling-baling. Mesin piston kemudian diganti mesin turboprop Rolls Royce Tipe 250-B17F dengan lima bilah baling-baling buatan MT-Propeller, Jerman, berbahan komposit, constant speed, variable pitch, dan baja tahan karat pada sisi baling-balingnya.

 Grob G 120TP TNI AU
 Grob G 120TP TNI AU 
Kode TP pada G 120TP menandakan pesawat ini menggunakan mesin Turboprop. Mesin tersebut dipilih mengingat keandalannya karena telah diproduksi sebanyak 1.200 unit, digunakan oleh 63 tipe pesawat dengan akumulasi jutaan jam terbang hingga saat ini. Pihak Grob memodifikasi bagian hidung pesawat sehingga mesin yang baru dapat diaplikasikan.
Dengan model pesawat sayap rendah (low wing), cantilever wing, dan winglet yang dapat dipasang-lepas, G 120TP dibangun menggunakan badan dan sayap dengan konstruksi semi monokok GFRP composite sandwich.
Tangki bahan bakar ditempatkan di dalam kedua sayapnya sebanyak 360 liter cukup untuk penerbangan selama lima jam dan cadangan untuk 45 menit. Bahan bakar yang digunakan adalah Jet A1 atau Jet A dan B, JP-4, JP-5, atau JP-8 tergantung mesin yang dipilih.
Sebagai pesawat basic trainer G 120TP dilengkapi kanopi gelembung (bubble) model geser memungkinkan mata dapat memandang hampir 360 derajat ke sekelilingnya termasuk melihat penyetabil horizontal dan vertikal. Kanopi dapat dibuka-tutup dari dalam maupun dari luar pada saat emerjensi.
Untuk keperluan operasi di darat dalam suhu yang terik, kanopi dapat dikunci terbuka sesuai kebutuhan. Pesawat ini dapat dioperasikan pada suhu -20 derajat Celcius dan maksimal 72 derajat Celcius.
Ruang kokpit sangat roomy, memberikan keleluasaan bagi instruktur dan siswa pilot untuk melakukan aktivitas penerbangan di kursi dengan konfigurasi bersebelahan (side-by-side seating). Penggunaan kursi bersebelahan bagi pesawat Latih Mula/Dasar sangat membantu instruktur dalam melatih siswa pilot.
Di TNI AU, konsep kursi dengan konfigurasi seperti ini digunakan pada pesawat Latih Mula (LM) AS-202 Bravo yang telah sukses melahirkan lebih dari seribu penerbang selama 30 tahun (1983-2013).
Kursi diberi peredam kejut yang dapat meminimalisir tarikan gravitasi maupun dampak impak pada saat crash bagi awak pesawat. Di belakang kursi masih terdapat ruang untuk menyimpan barang atau kelengkapan yang dibutuhkan. Sementara kursi dapat diatur maju-mundur melalui relnya, memungkinan pilot maupun siswa dapat menyesuaikan diri dan nyaman dalam menerbangkan pesawat.
Kursi dilengkapi dengan sabuk keselamatan lima titik. Sebagai opsional pihak Grob saat ini tengah menyiapkan penggunaan kursi Martin Baker Mk 15B dan proses sertifikasinya bagi pemesan yang membutuhkan pesawatnya dilengkapi kursi lontar.
Dua control stick berada di depan masing-masing kursi pilot dan siswa, sementara tuas gas berada di bagian tengah di antara dua kursinya. Pesawat dapat diterbangkan oleh seorang pilot dengan instruktur mengawasi siswa.
Peralatan avionika di dashboard pesawat terdiri dari dua versi, analog dan digital. Intrumen dasar seperti Attitude Indicator, Airspeed Indicator, Vertical Speed Indicator, Turn and Slip Indicator, dan Accelerometer terpampang di depan kursi.
Untuk navigasi terdapat kompas, Electronic HSI, Directional Gyro, Magnetic Azimuth Transmitter, Garmin GNS 430W untuk Nav 1 dan Nav 2, Garmin GTRX330 Mode S Transponder, serta DME Honeywell KN-63/KDI-572.
Untuk 18 pesawat tahap pertama, TNI AU memesan avionika analog dengan pertimbangan siswa pilot pemula harus mengenal instrumen-instumen dasar penerbangan. Grob sendiri menyediakan pesawat uji hibrid menggabungkan sebagian instrumen digital dan analog dan opsi bagi full digital avionic.
Pada G 120TP juga terdapat sistem untuk evaluasi penerbangan (debriefing) menggunakan SD-Card recorder yang dapat diunduh ke komputer jinjing selepas penerbangan.
Menilik tampilan luar dan interior kokpit serta avioniknya, sekilas pesawat Grob G 120TP dengan retractable tricyle landing gear ini sudah dapat mencerminkan sebuah pesawat LD yang didesain dengan apik dan berteknologi maju.
Berdasarkan spesifikasi dari pabriknya berikut hasil uji coba terbangnya, pesawat ini memiliki performanya yang luar biasa sehingga Kementerian Pertahanan RI kepincut pada pesawat yang juga mulai dilirik oleh beberapa Angkatan Udara ini.
Penulis turut merasakan langsung bagaimana lincah dan gesitnya G 120TP saat pucuk pimpinan Grob Aircraft André Hiebeler memberikan izin untuk joy flight di seputaran langit fasilitas dan airfield milik Grob bersama pilot uji Ulli Schell (57) yang telah berpengalaman selama 35 tahun.
G 120TP menggunakan bahan carbonfibre composite pada badan, sayap, dan ekornya. Penggunaan material antikorosi ini sekaligus menjadikan bobot pesawat menjadi lebih ringan tanpa mengurangi tingkat kekuatan bahan terhadap tarikan gravitasi Bumi.
Material pada G 120TP memiliki tingkat crashworthiness (perlindungan material saat impak) lebih dari 26G. Material carbonfibre juga membuat permukaan pesawat lebih halus sehingga meningkatkan tingkat aerodinamika pesawat. Selain itu bahan ini lebih mudah dalam hal perawatan dengan service life mencapai 15.000 jam terbang untuk penggunaan aerobatik.
Sementara TBO (Time Between Overhaul) untuk mesin Rolls Royce 250-B17F adalah 3.500 jam. Biaya operasionalnya pun diklaim sangat murah, menjadikan G 120TP yang juga didesain untuk kalangan sipil ini tidak memberatkan penggunanya.
Bobot maksimal G 120TP (MTOW) mencapai 1.590 kg untuk penggunaan normal dan 1.550 kg untuk aerobatik. Bobot kosong 1.095 kg dan kapasitas bahan bakar 290 kg (360 liter). Bila bobot instruktur dan siswa diasumsikan 200 kg, maka bobot full load pesawat mencapai 1.485 kg yang artinya masih aman di bawah MTOW untuk limitasi aerobatik (maksimal 1.550 kg) sekalipun. Roni Sontani, Re-write: Ery
Sumber : http://angkasa.co.id/

Interested for our works and services?
Get more of our update !