Sebelum ISTIRAHAT A-10 Thunderbolt II Berubah
Jadi Pesawat Serang Maritim
A-10 Thunderbolt II "Warthog" belum kehabisan napas. Tak hanya piawai menggasak tank dan sasaran di darat, baru-baru ini sang ahli serang darat tersebut diuji untuk peran yang tak terbayangkan sebelumnya, menjadi pesawat serang maritim.
AU AS memang ingin menyudahi operasional A-10, tapi bukan berarti mereka sepenuhnya melupakan jasa A-10. Pada awal Februari 2017, 74th Fighter Squadron yang diperkuat oleh A-10 dilibatkan oleh 86th Fighter Weapons Squadron dalam program WSEP (Weapon Systems & Evaluation Program).
A-10 Thunderbolt II |
Dalam program bersandi Combat Hammer 2017 tersebut, A-10 diminta untuk menangani sasaran berupa swarm boats. Swarm boats sendiri merupakan sebutan militer AS untuk kapal-kapal cepat atau kapal patroli berukuran kecil yang dilengkapi dengan senapan mesin berat, peluncur roket, atau kanon kaliber sedang.
Dalam bentuknya yang lebih ekstrim, swarm boat bisa dimuati dengan bom untuk operasi bunuh diri, seperti yang digunakan untuk menyerang frigat Al Madinah di Yaman.
AL AS menempatkan ancaman swarm boat dalam tingkatan yang serius. Sebab, negara-negara seperti Iran mengoperasikan banyak sekali swarm boat di sepanjang garis selat Hormuz.
Kelompok teroris seperti Houthi dan Al Qaeda juga terbukti menggunakan swarm boat secara efektif.
Jika kapal perang AS berhadapan dengan kapal-kapal kecil tersebut, kita seperti melihat pertarungan gajah melawan semut. Seberapapun kuatnya gajah, pada akhirnya akan rubuh juga kalau semutnya banyak.
Di lokasi dengan ruang manuver sempit seperti selat Hormuz, penggunaan taktik swarm boat dapat memberikan keuntungan apabila kapal perang konvensional tidak siap. Kapal-kapal kecil tersebut dapat berkamuflase di dermaga yang tersembunyi.
Mereka bisa dengan segera melesat menuju kapal perang yang hanya punya opsi untuk maju ke depan. Saat menghadapi kapal kecil dari berbagai arah, kapal perang hanya punya sedikit pertahanan untuk menghabisi kapal-kapal tersebut.
AL AS mengembangkan teknik penangkalnya sendiri, termasuk menggunakan kapal seperti Littoral Combat Ship yang dipadu dengan helikopter nirawak.
AU AS sebagai penguasa udara pun menggunakan taktiknya sendiri, yaitu dengan memanfaatkan A-10 untuk memburu kapal-kapal kecil nan lincah tersebut.
Dalam Combat Hammer, AU AS menyewa 35 unit kapal dan speedboat di teluk Choctawhatchee, Florida. AU AS membayar para pemiliknya untuk memodifikasi kapalnya dengan memasang dummy senapan mesin dan tabung roket.
Si pemilik kapal pun diminta untuk mengadu kecepatan mereka menuju satu koordinat sasaran, menyimulasikan serangan cepat ke kapal perang AS.
Sebelum kapal-kapal tersebut mencapai sasarannya, A-10 dari 74th Fighter Squadron dan FC-18A dari AU Kanada bergantian melaksanakan simulasi serangan dengan peluru hampa dan pemindai laser untuk memastikan titik perkenaan.
Senjata lain seperti bom 2.000 pon, 500 pon, dan termasuk bom JDAM, kanon GAU-81 Avenger juga diuji. Senjata-senjata ini sudah efektif untuk menyapu sasaran yang bergerak cepat tersebut.
Walaupun A-10 menjadi platform yang terbukti efektif untuk menyerang dan menghentikan swarm boats, bukan berarti A-10 serta-merta akan didapuk terus-menerus mengemban tugas patroli dan serang maritim.
WSEP dilaksanakan hanya sekedar untuk memvalidasi konsep dan ide-ide akan penggunaan alutsista. Soal bagaimana implementasi operasionalnya, akan sangat tergantung keputusan petinggi AU AS.
Yang jelas, pada April tahun lalu A-10 sudah ditugaskan untuk melaksanakan patroli maritim di Laut China Selatan saat hubungan AS dan Filipina masih mesra. Aryo Nugroho
Sumber : http://angkasa.co.id/
Tidak ada komentar:
Write Comments